Minggu, 13 Juni 2010

Perbaiki Dirimu, Ajak Orang Lain (inilah dakwah)



Saya jelaskan bahwa perkara paling penting yang perlu kita tumpukan di dalam marhalah ini di atas jalan dakwah ialah memperbaiki diri dan menyeru atau mengajak orang lain kepada jalan dakwah kita. Telah dijelaskan bahwa memperbaiki diri adalah perkara yang besar dan penting yang perlu diberikan perhatian khusus dengan bersungguh-sungguh sebab inilah kewajiban pertama dan asasi bagi setiap Muslim di dalam hidup ini, sehingga diri kita berada di dalam keridhaan Allah. Sukses mencapai jannatun naim dan terlepas dari azab Allah di Akhirat.

Memperbaiki diri juga merupakan tindakan dan usaha yang perlu dan mesti dalam merealisasikan berbagai kepentingan dan kewajiban yang lain. Dan kita katakan bahwa dasar yang sempurna yang menjadi asas perbaikan diri dan pembentukan pribadi manusia berakidah ialah akidah yang sahih yang menjadikan pendukung dakwah hidup dengannya, mengambil daripadanya segala urusan dan menyerahkan kepadanya segala apa yang dimilikinya, waktunya, usahanya, fikirannya, hartanya dan jiwanya.

Akidah yang telah didukung oleh salafussoleh lalu. Akidah itu menjadikan mereka sebagai contoh-contoh yang unik, teladan yang tiada tandingannya yang mengemukakan bentuk dan rupa yang ajaib dan mengagumkan di segala medan jihad dan pengorbanan, tebusan, pemberian, amanah, kesetiaan, cinta, kesan-kesan perhambaan yang benar kepada Allah dan dalam segala hal dan medan kebaikan.

Imam as-Syahid bersungguh-sungguh menjauhkan kita di akidah ini dari segala perkara yang menghapuskan intipatinya dan yang mungkin merubah dan memudahkannya menyimpang kepada perkara logika akal semata-mata yang jauh dari hati dan perasaan. Ini akan membawa pendukungnya ke dalam kancah perdebatan dan pertengkaran yang tidak berfaedah kepada pendukungnya di waktu susah, di waktu ujian dan di waktu bencana.

17.1 Ibadah yang Sahih

Setelah memahami asas yang teguh dan kuat dari akidah salimah (akidah yang lurus) dalam memperbaiki jiwa, barulah datang peranan ibadah yang sahih. Peranan ibadah ini mempunyai kesyumulan dan merangkumi segala urusan hidup. Kita tidak membatasinya hanya kepada shalat, puasa, zakat dan haji saja. Karena risalah kita dalam hidup ini, tugas kita di dalam hidup ini ialah beribadah kepada Allah yang berarti hidup kita ini seluruhnya adalah ibadah kepada Allah:

"Aku tidak menjadikan jin dan manusia kecuali supaya mereka beribadat kepadaKu." Az-Zariyaat: 56

Setiap kita mestilah berusaha bersungguh-sungguh untuk merealisasikan pengertian ini dengan membetulkan niat dalam setiap amalan. Mulai dari makan, minum, mencari ilmu dan amalannya, perkawinannya sebagai alat untuk menolongnya mentaati Allah dan memperbaiki ibadatnya. Dengan itu rumah menjadi mihrab, tempat beribadat kepada Allah, sekolah dan kampus, gedung perniagaan, kebun, ladang, sawah dan tempat-tempat permainan, bahkan dunia seluruhnya menjadi mihrab tempat kita beribadah kepada Allah.

Segala usaha dan perkataan yang lahir merupakan ibadah kepada Allah. Untuk itu, segala ibadah yang akan diterima oleh Allah mestilah memenuhi syarat yang sesuai dengan syariat Islam dan jauh dari segala yang haram dan dimurkai Allah. Oleh karena itu, setiap Muslim mesti mengetahui hukum-hukum ibadah dan syarat sahnya. Wajib mengetahui sunnah dan cara hidup Rasulullah s.a.w. dalam setiap perkara yang kita sebutkan tadi.

Dia mesti mengetahui dan mengamalkan semampu mungkin doa-doa ma'tsurat dari Rasulullah s.a.w. dalam setiap urusan dan beriltizam dengannya. Dengan demikian, seluruh hidup Muslim merupakan satu kehidupan rabbani, hidup menurut cara hidup yang diajarkan oleh Allah dan jadilah Muslim itu abdan Rabbanian, hamba yang bersifat ketuhanan, hamba yang menyembah Allah Taala, Tuhan seluruh alam.

Perkara yang mesti dalam ibadah ialah niat ikhlas kepada Allah semata-mata, jauh dari riya' dan menghadirkan hati menunaikan ibadah kepada Allah supaya amal dan ibadat itu diterima oleh Allah. Sebagai contoh, shalat yang diterima oleh Allah ialah shalat yang mencegah dari kejahatan dan kemungkaran. Bukan hanya sah dari sudut-sudut hukun fiqh saja, tetapi shalat yang mampu menghubungkan pendukungnya dengan Allah dengan penuh khusyuk, tunduk dan takut kepada Allah dan merupakan mi’raj bagi ruh dah jiwa orang mukmin.

17.2 AkhlakYang Teguh

Salah satu dari asas memperbaiki diri dan jiwa ialah menunjukkan contoh, sifat dan akhlak Islamiyah yang mulia seperti yang dianjurkan kepadanya oleh al-Quran dan sunnah Rasulullah s.a.w. Ini karena akhlak dan moral itu memainkan peranan penting dalam kehidupan individu. Ia berkait erat dengan segala kegiatan hidupnya, berkaitan dengan sikapnya terhadap kerabatnya, tetangganya dan semua orang yang bergaul, bermuamalah serta berurusan dengan mereka.

Perkara yang mesti ada pada seorang pendakwah yang menyeru manusia ke jalan Allah ialah dia mesti bersifat dengan sifat Muslim yang sejati supaya dia menjadi contoh teladan buat mad’unya dan dapat merealisasikan Islam dengan perkataan dan amalannya, bukan hanya dengan teori saja.

Contoh praktis itu lebih besar pengaruh dan kesannya di dalam jiwa manusia dari perkataan saja. Teladan kita ialah Rasulullah s.a.w. Dan, akhlak Rasulullah s.a.w itu ialah al-Quran. Banyak hadis-hadis Rasulullah yang mendorong kita berakhlak dengan akhlak yang mulia di antaranya:

"Aku diutus hanya untuk menyempurnakan akhlak yang mulia."

Dan sabda baginda lagi:

"Sesuatu yang paling berat dalam timbangan pada hari kiamat ialah taqwa kepada Allah dan akhlak yang baik."

Menghiasi diri dengan akhlak yang mulia berarti kita mesti meninggalkan akhlak yang hina.

Dari sabda: Rasulullah s.a.w, "Yang paling berat dalam timbangan pada hari akhirat ialah taqwa kepada Allah." Berarti tidak berubah-ubah dan tidak plin-plan dengan perubahan suasana dan pertukaran keadaan. Jadi alangkah wajarnya kita melatih diri kita dengan kesungguhan dan perhatian dan menghiasi diri dengan adab-adab dan akhlak Islam. Sebagai satu misal: Sifat hilm satu sifat yang mampu menguasai dan menahan diri dari kemarahan.

Dalam perkara ini Rasulullah saw. bersabda:

"Bukanlah orang yang kuat itu mengalahkan orang lain dalam satu pertarungan tetapi yang kuat itu ialah orang yang dapat menguasai dirinya ketika marah."

Alangkah kuatnya manusia berakidah jika dia mempunyai sifat-sifat orang yang beriman yang tersebut di dalam kitab Allah atau dalam hadis-hadis Rasulullah s.a.w. dan senantiasa merujukkan halnya dan mengukur sejauh mana iltizamnya dan pengabaiannya dalam memiliki sifat-sifat itu dan terus berusaha dan menyempurnakan dirinya dengan sifat yang mulia itu.

17.3 Tsaqafatul Fikr

Satu lagi aspek memperbaiki diri yang lazim untuk laki-laki berakidah yang tampil untuk amal Islami dan dakwah Islam, yang menyeru manusia pada jalan Allah dia mesti mempunyai budaya berfikir.

Tsaqafatul fikr (pendidikan fikiran) merangkumi tiga aspek asasi: Aspek pertama ialah: pengenalan yang salim (lurus) dan sempurna tentang Islam yang menjadikan dia melaksanakan Islam dengan pelaksanaan yang betul dan lurus terhadap dirinya dan melayakkannya menyampaikan Islam itu dengan baik kepada orang lain. Dia melaksanakan dan menyampaikannya dengan menyeluruh, menjaga kemurnian dan kejatiannya.

Aspek kedua: Dia mesti mengetahui suasana dan keadaan dunia Islam dahulu dan sekarang, mengenali musuh-musuh Islam dan mengetahui semua cara dan tindak tanduk mereka. Dia mesti mengetahui peristiwa-peristiwa yang sedang terjadi dan yang mempengaruhi Muslimin dari dekat atau dari jauh. Dia mesti mengetahui siapakah golongan yang bekerja di bidang dakwah Islam, mengetahui kecenderungan dan cara-cara kerja mereka, bagaimana bentuk tolong menolong yang perlu dibuat bersama mereka dan Iain-lain lagi perkara yang lazim bagi orang-orang yang tampil di bidang amal Islami.

Aspek ketiga: Memperbaiki pengkhususan dalam berbagai hal yang berkaitan dengan urusan kehidupan seperti kedokteran, pertanian, perniagaan, perindustrian dan lain-lain. Maka tidak boleh tidak, seorang insan akidah mesti berusaha memperbaiki dan menguasai bidang profesional supaya dia mendapat tempat di dalam masyarakat dan dapat mengisi tempat-tempat kosong tatkala kita membangun dan menegakkan daulah Islam. Patut kita menyebutkan di sini bahwa sebagian besar dari ilmu pengetahuan modern ini telah diasaskan oleh ulama dan cendikiawan Islam di zaman dahulu. Karena agama kita mendorong kita mencari ilmu dan belajar dengannya dan dapat menghubungkan ilmu dengan Al Khaliq, Allah s.w.t.

"Bacalah dengan nama Tuhanmu yang menciptakan". Al-Alaq: 1

Semestinyalah orang-orang yang bekerja di bidang dakwah di kalangan pelajar dan mahasiswa supaya mereka menjadi golongan yang terkemuka di dalam subjek pengkhususan mereka kerana sekiranya mereka terkebelakang di dalam pelajaran, mungkin akan menjauhkan orang lain dari amal dan usaha Islamnya.

17.4 Kekuatan Jasmani

Satu lagi dari sudut memperbaiki diri yang dituntut dari agen dakwah ialah dia mesti menjaga kesehatan jasmaninya supaya dia mampu memikul berbagai beban dan tugas dakwah dan jihad. Supaya kelemahan jasmani tidak menjadi halangan baginya dalam rangka merealisasikan cita-cita yang besar yang kita harapkan.

Rasulullah s.a.w. mendorong kita menjaga dan memperhatikan jasmani kita:

"Orang mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai Allah daripada orang-orang mukmin yang lemah dan ada kebaikan kepada tiap-tiap individu."

Kita dapati banyak hadis dan sunnah Rasulullah s.a.w yang menolong kita untuk memelihara kesehatan dan keselamatan jasmani kita. Kita juga mendapati Imam as-Syahid memberi perhatian yang cukup dalam perkara ini karena menyahut arahan Rasululah s.a.w itu.

Ada disebut di dalam kewajiban saudara yang beramal untuk Islam di dalam Risalah at-Ta'alim, menuntut setiap aktivis bersegera konsultasi dengan dokter memeriksa kesehatan keseluruhan dan mengobati penyakit yang ada padanya, memelihara kesehatannya dan menjauhkan perkara yang melemahkan kesehatan. Misalnya, beliau mengingatkan supaya kita menjauhi minum kopi yang berlebihan dan seumpamanya.

Beliau melarang menghisap rokok. Beliau juga mengingatkan kita supaya menjaga kebersihan dalam segala perkara, bersih dalam rumah, pakaian, makanan, badan dan tempat kerja. Kita disuruh agar menjauhi minuman keras, minuman yang memabukkan dan mengkhayalkan. Dan segala perkara di dalam aspek tersebut mesti dijauhi.

17.5 Sudut-sudut Lain Yang Lazim

Kita menghendaki Muslim yang berjihad untuk dirinya, yang berguna kepada manusia, yang menjaga waktunya, yang berdisiplin di dalam segala urusannya dan mampu bekerja untuk keperluan hidupnya.

Ini semua adalah sudut-sudut asas dan mesti ada pada syakhsiah Muslim sebagai agen dakwah supaya dia mampu memainkan peranan yang dituntut darinya menurut bentuk dan rupa yang sahih.

Tidak dapat difikirkan adanya seorang pendukung dakwah yang tampil ke depan untuk kerja-kerja Islam tanpa mempunyai nilai-nilai dan sifat-sifat ini ataupun sebagiannya. Orang yang mengikuti hawa nafsu, tidak berjihad melawan nafsunya, tidak mampu mengawal tindak tanduknya, tidak layak menjadi pendukung dakwah yang menyeru manusia kepada Allah, menyuruh manusia berbuat sesuatu walaupun dia tidak mampu berbuat demikian.

Pendukung dakwah terpaksa melalui berbagai suasana dan situasi yang berubah dan peristiwa-peristiwa yang datang silih berganti. Jadi, dalam mengatasi dan melintasinya memerlukan mujahadah yang banyak, melawan nafsu, dan sanggup menanggung beban dan ujian. Dan pendukung dakwah yang menyeru manusia kepada Allah mesti mampu membawa faedah dan kebaikan kepada manusia dengan senang hati dan murah hati walaupun kebaikan dan jasanya itu dibalas dengan penyiksaan dan bahaya karena demikianlah sikap Rasulullah s.a.w. membawa kebaikan kepada manusia dan sabar menanggung segala ujian dan gangguan dari manusia.

Jadi pendukung dakwah mesti merebut kesempatan membuat kebaikan kepada manusia dan bersegera kepadanya sesuai dengan berbagai cara:

"Mereka itu bersegera untuk mendapat kebaikan-kebaikan dan merekalah orang-orang yang segera memperolehinya." Al Mukminun: 61

Manusia dakwah mesti memelihara waktunya untuk digunakan kepada tiap-tiap kerja yang berfaedah yang bersungguh-sungguh untuk dakwahnya. Tidak ada waktunya yang tersia-sia karena waktu itu adalah kehidupan dan kewajiban lebih banyak dari waktu yang tersedia. Waktu yang telah berlalu tidak mungkin kembali lagi dan kita akan ditanya tentang waktu pada hari kiamat.

Rasulullah s.a.w. telah bersabda:

"Tidak ada hari yang terbit fajarnya kecuali dia memanggil, "Hai anak Adam aku makhluk baru dan di atas amalmu aku menjadi saksi maka ambillah bekalan dariku karena sesungguhnya aku tidak akan kembali lagi sampai hari kiamat."

Kita menghendaki dari saudara Muslim supaya dia berdisiplin dalam setiap urusan di jabatan apa pun, dalam bidang tugasnya, dalam pertimbangannya dan di dalam seluruh urusan hidup karena itulah yang mendorongnya lebih memperbaiki karya dan hasil usahanya di samping memuliakan waktu, usaha dan hartanya dan mendapat natijah (hasil) dengan cara yang baik dari segala tenaga yang telah dugunakannya.

Dan menjadi satu tabiatnya, dia mempunyai satu pekerjaan yang tertentu untuk mencari rezeki yang halal supaya ia tidak menjadi beban kepada manusia, supaya berada di dalam ketenangan dan kemantapan kehidupan yang menolongnya untuk berjaya membawa hasil di bidang dakwah. Supaya dia dapat mendirikan sebuah rumahtangga dan melahirkan generasi yang soleh, keturunan yang baik untuk masyarakat Islam.

TELEKOMUNIKASI KITA DALAM CENGKRAMAN YAHUDI ???

PT Indosat Tbk., sebelumnya bernama PT Indonesian Satellite Corporation Tbk. (Persero).

Saat ini, komposisi kepemilikan saham Indosat adalah: Qatar Telecom (65%), Publik (20,1%), serta Pemerintah Republik Indonesia (14,9%).

Indosat didirikan pada tahun 1967. Pada tahun 1980 Indosat menjadi BUMN yang seluruh sahamnya dimiliki oleh Pemerintah Indonesia.

PT Satelit Palapa Indonesia (Satelindo) didirikan pada tahun 1993 adalah anak perusahaan PT Indosat.

Pada akhir tahun 2002 Pemerintah Indonesia menjual 41,94% saham Indosat ke Singapore Technologies Telemedia Pte. Ltd.

Pada bulan November 2003 Indosat melakukan penggabungan usaha tiga anak perusahaannya (akuisisi) PT Satelindo, PT IM3, dan Bimagraha, sehingga menjadi salah satu operator selular utama di Indonesia.

Pada th.2002 Pemerintah jual Telkomsel kepada Singtel sebesar 3,2T. SingTel dimiliki oleh Temasek.

Akhir th.2002, Pemerintah kembali menjual Indosat kepada STT Dengan harga sangat miring, US$ 627,35 juta. STT juga anak usaha Temasek. Sehingga terjadilah monopoli asing (Temasek) atas perkomunikasian Indonesia.

Direktur Eksekutif Temasek Holdings adalah Simon Israel. Simon adalah satu-satunya penjabat direktur di perusahaan Tamasek yang non-Singapura yang memiliki hubungan dekat dengan Yahudi.

Pada tanggal 1 Maret 2007 STT (Singapore Technologies Telemedia) menjual kepemilikan saham Indosat sebesar 25% ke Qatar Telecom.

Pada 31 Desember 2008, saham Indosat dimiliki oleh Qatar telecom Q.S.C. (Qtel) hingga sebesar 40,81%, sementara Pemerintah Republik Indonesia dan Publik memiliki masing-masing 14,29% dan 44,90%.

Di tahun 2009 Qtel memiliki 65% saham Indosat melalui tender offer. Pemerintah RI hanya 14,9%.

sumber:
http://id.wikipedia.org/wiki/Indosat
http://www.majalahtrust.com/fokus/fokus/1557.php

Produk-produk Indosat:
- Mentari
- IM2
- IM3
- Matrix
- StarOne

Produk-produk Telkomsel :
- simPATI
- kartuHALO
- KartuAs
- Telkomsel Flash


Dan lihatlah bagaimana perubahan logo-logo Indosat & Telkomsel semenjak berpindah ke tangan ke Temasek





LOGO TELKOMSEL

Sabtu, 12 Juni 2010

Kisah Akhlak Seorang Muslim

Menjual_Islam_ Dengan_20_ Pence(Poudsterling)

Seorang imam di sebuah mesjid di kota London Inggris bercerita kalau ia
pernah hampir menjual Islam dengan 20 pence (pence adalah bentuk plural dari
penny yaitu pecahan mata uang Pound Sterling), bagaimana ceritanya? ikuti
lengkapnya

Kejadiannya beberapa tahun lalu, waktu itu beliau baru beberapa minggu
berada di kota London dengan status imam di sebuah mesjid. Tiap hari sang
imam senantiasa memakai bus sebagai kendaraan dari tempat ia tinggal menuju
mesjid tsb, mungkin karena jurusan tak heran jika bus yang ia tumpangi
sering berulang dan dengan supir yang sama.

Suatu hari saat menaiki bus seperti biasa beliau membayar tiket bus
tersebut, setelah menerima kembaliannya, ia pun langsung duduk, tak lama
kemudian ia baru sadar kalau uang kembalian yang ia terima 20 pence lebih
banyak dari yang seharusnya, sang imampun berkata dalam hati: "Saya harus
mengembalikan lebihnya, karena ini bukan hak saya", di saat yg sama ia
berpikir: "Lupain ajalah kan cuma 20 pence, berapa seh nilainya kalau
dibandingkan dengan keuntungan yang telah diraut selama ini, perusahaan bus
juga tidak akan rugi gara2 ini, lagian toh juga tidak ada yang tau" gumam
sang imam. "Simpan ajalah, anggap aja rizki dari Tuhan" lanjutnya.

Setelah sampai halte tujuan, sebelum turun ia merogoh saku dan mengembalikan
uang 20 pence tadi kepada supir bus, dan berkata: "Ini pak, tadi
kembaliannya lebih" Sambil tersenyum sang supir menerima uang tersebut dan
berkata: "Bukahkah bapak adalah imam baru di mesjid daerah sini?, sebenarnya
sudah lama saya ingin mendatangi mesjid tersebut untuk bertanya-tanya dan
belajar tentang Islam" aku sang supir. "Tadi sengaja saya lebihkan
kembaliannya untuk melihat tindakan dan reaksi bapak" lanjutnya.

Waktu turun kaki beliau seakan lumpuh dan tidak kuasa berdiri mendengar
ucapan sang supir saking 'agung'nya pengalaman ini, ia hampir saja terjatuh
seandainya tidak berpegangan di salah satu tiang bus, dengan menengadah ke
langit sambil menangis ia berdoa: "Ya Allah, hampir saja saya menjual Islam
dengan harga 20 pence".

Itulah kurang lebih cerita sang Imam tadi. Oleh karena itu, kalau boleh saya
menasehati diri sendiri sebelum orang lain, berusahalah selalu menjadi
tauladan bagi yang lain, jangan sekali-kali menganggap remeh hal yang kecil
di mata kita, karena boleh jadi itu sangat berharga bagi orang lain.

Ikhlas dan jujurlah dalam setiap perbuatan, karena kita tidak tau boleh jadi
orang non Islam menilai Islam dengan menilai tingkah laku kita sebagai
penganutnya. Wallahu A'lam bi ash-Shawab

Kisah-Kisah Keajaiban Perang di Gaza, Palestina (part 1)



Sudah lama Israel “bernafsu” menguasai wilayah ini. Namun, jangankan menguasai, untuk bisa masuk ke dalamnya saja Israel sangat kesulitan.

Sudah banyak cara yang mereka lakukan untuk menundukkan kota kecil ini. Blokade rapat yang membuat rakyat Gaza kesulitan memperoleh bahan makanan, obat-obatan, dan energi, telah dilakukan sejak 2006 hingga kini. Namun, penduduk Gaza tetap bertahan, bahkan perlawanan Gaza atas penjajahan Zionis semakin menguat.

Akhirnya Israel melakukan serangan “habis-habisan” ke wilayah ini sejak 27 Desember 2008 hingga 18 Januari 2009. Mereka”mengguyurkan” ratusan ton bom dan mengerahkan semua kekuatan hingga pasukan cadangannya.

Namun, sekali lagi, negara yang tergolong memiliki militer terkuat di dunia ini harus mundur dari Gaza.


Di atas kertas, kemampuan senjata AK 47, roket anti tank RPG, ranjau, serta beberapa jenis roket buatan lokal yang biasa dipakai para mujahidin Palestina, tidak akan mampu menghadapi pasukan Israel yang didukung tank Merkava yang dikenal terhebat di dunia. Apalagi menghadapi pesawat tempur canggih F-16, heli tempur Apache, serta ribuan ton “bom canggih” buatan Amerika Serikat.

Akan tetapi di sana ada “kekuatan lain” yang membuat para mujahidin mampu membuat “kaum penjajah” itu hengkang dari Gaza dengan muka tertunduk, walau hanya dengan berbekal senjata-senjata “kuno”.

Itulah pertolongan Allah Subhanahu wa Ta’ala yang diberikan kepada para pejuangnya yang taat dan ikhlas. Kisah tentang munculnya “pasukan lain” yang ikut bertempur bersama para mujahidin, semerbak harum jasad para syuhada, serta beberapa peristiwa “aneh” lainnya selama pertempuran, telah beredar di kalangan masyarakat Gaza, ditulis para jurnahs, bahkan disiarkan para khatib Palestina di khutbah-khutbah Jumat mereka.

Berikut ini adalah rangkuman kisah-kisah “ajaib” tersebut dari berbagai sumber untuk kita ingat dan renungkan.

Pasukan "Berseragam Putih" di Gaza

Ada “pasukan lain” membantu para mujahidin Palestina. Pasukan Israel sendiri mengakui adanya pasukan berseragam putih itu.

Suatu hari di penghujung Januari 2009, sebuah rumah milik keluarga Dardunah yang berada di antara Jabal Al Kasyif dan Jabal Ar Rais, tepatnya di jalan Al Qaram, didatangi oleh sekelompok pasukan Israel.

Seluruh anggota keluarga diperintahkan duduk di sebuah ruangan. Salah satu anak laki-laki diinterogasi mengenai ciri-ciri para pejuang al-Qassam.

Saat diinterogasi, sebagaimana ditulis situs Filisthin Al Aan (25/1/2009), mengutip cerita seorang mujahidin al-Qassam, laki-laki itu menjawab dengan jujur bahwa para pejuang al-Qassam mengenakan baju hitam-hitam. Akan tetapi tentara itu malah marah dan memukulnya hingga laki-laki malang itu pingsan.

Selama tiga hari berturut-turut, setiap ditanya, laki-laki itu menjawab bahwa para pejuang al-Qassam memakai seragam hitam. Akhirnya, tentara itu naik pitam dan mengatakan dengan keras, “Wahai pembohong! Mereka itu berseragam putih!”

Cerita lain yang disampaikan penduduk Palestina di situs milik Brigade Izzuddin al-Qassam, Multaqa al-Qasami, juga menyebutkan adanya “pasukan lain” yang tidak dikenal. Awalnya, sebuah ambulan dihentikan oleh sekelompok pasukan Israel. Sopirnya ditanya apakah dia berasal dari kelompok Hamas atau Fatah? Sopir malang itu menjawab, “Saya bukan kelompok mana-mana. Saya cuma sopir ambulan.”

Akan tetapi tentara Israel itu masih bertanya, “Pasukan yang berpakaian putih-putih dibelakangmu tadi, masuk kelompok mana?” Si sopir pun kebingungan, karena ia tidak melihat seorangpun yang berada di belakangnya. “Saya tidak tahu,” jawaban satu-satunya yang ia miliki.

Suara Tak Bersumber

Ada lagi kisah karamah mujahidin yang kali ini disebutkan oleh khatib masjid Izzuddin Al Qassam di wilayah Nashirat Gaza yang telah ditayangkan oleh TV channel Al Quds, yang juga ditulis oleh Dr Aburrahman Al Jamal di situs Al Qassam dengan judul Ayaat Ar Rahman fi Jihad Al Furqan (Ayat-ayat Allah dalam Jihad Al Furqan).

Sang khatib bercerita, seorang pejuang telah menanam sebuah ranjau yang telah disiapkan untuk menyambut pasukan Zionis yang melalui jalan tersebut.

“Saya telah menanam sebuah ranjau. Saya kemudian melihat sebuah helikopter menurunkan sejumlah besar pasukan disertai tank-tank yang beriringan menuju jalan tempat saya menanam ranjau,” kata pejuang tadi.

Akhirnya, sang pejuang memutuskan untuk kembali ke markas karena mengira ranjau itu tidak akan bekerja optimal. Maklum, jumlah musuh amat banyak.

Akan tetapi, sebelum beranjak meninggalkan lokasi, pejuang itu mendengar suara “Utsbut, tsabatkallah” yang maknanya kurang lebih, “tetaplah di tempat maka Allah menguatkanmu.” Ucapan itu ia dengar berulang-ulang sebanyak tiga kali.

“Saya mencari sekeliling untuk mengetahui siapa yang mengatakan hal itu kapada saya. Akan tetapi saya malah terkejut, karena tidak ada seorang pun yang bersama saya,” ucap mujahidin itu, sebagaimana ditirukan sang khatib.

Akhirnya sang mujahid memutuskan untuk tetap berada di lokasi. Ketika sebuah tank melewati ranjau yang tertanam, sesualu yang “ajaib” terjadi. Ranjau itu justru meledak amat dahsyat. Tank yang berada di dekatnya langsung hancur. Banyak serdadu Israel meninggal seketika. Sebagian dari mereka harus diangkut oleh helikopter. “Sedangkan saya sendiri dalam keadaan selamat,” kata mujahid itu lagi, melalui lidah khatib.

Cerita yang disampaikan oleh seorang penulis Mesir, Hisyam Hilali, dalam situs alraesryoon.com, ikut mendukung kisah-kisah sebelumnya. Abu Mujahid, salah seorang pejuang yang melakukan ribath (berjaga) mengatakan,

“Ketika saya mengamati gerakan tank-tank di perbatasan kota, dan tidak ada seorang pun di sekitar, akan tetapi saya mendengar suara orang yang bertasbih dan beritighfar. Saya berkali-kali mencoba untuk memastikan asal suara itu, akhirnya saya memastikan bahwa suara itu tidak keluar kecuali dari bebatuan dan pasir.”

Cerita mengenai “pasukan tidak dikenal” juga datang dari seorang penduduk rumah susun wilayah Tal Islam yang handak mengungsi bersama keluarganya untuk menyelamatkan diri dari serangan Israel.

Di tangga rumah ia melihat beberapa pejuang menangis. “Kenapa kalian menangis?” tanyanya.

“Kami menangis bukan karena khawatir keadaan diri kami atau takut dari musuh. Kami menangis karena bukan kami yang bertempur. Di sana ada kelompok lain yang bertempur memporak-porandakan musuh, dan kami tidak tahu dari mana mereka datang,” jawabnya.

Saksi Serdadu Israel

Cerita tentang “serdadu berseragam putih” tak hanya diungkap oleh mujahidin Palestina atau warga Gaza. Beberapa personel pasukan Israel sendiri menyatakan hal serupa.

Situs al-Qassam memberitakan bahwa TV Channel 10 milik Israel telah menyiarkan seorang anggota pasukan yang ikut serta dalam pertempuran Gaza dan kembali dalam keadaan buta.

“Ketika saya berada di Gaza, seorang tentara berpakaian putih mendatangi saya dan menaburkan pasir di mata saya, hingga saat itu juga saya buta,” kata anggota pasukan ini.

Di tempat lain ada serdadu Israel yang mengatakan mereka pernah berhadapan dengan “hantu”. Mereka tidak diketahui dari mana asalnya, kapan munculnya, dan ke mana menghilangnya.

Masih dari Channel 10, seorang Lentara Israel lainnya mengatakan, “Kami berhadapan dengan pasukan berbaju putih-putih dengan jenggot panjang. Kami tembak dengan senjata, akan tetapi mereka tidak mati.”

Cerita ini menggelitik banyak pemirsa. Mereka bertanya kepada Channel 10, siapa sebenarnya pasukan berseragam putih itu?

Sudah Meledak, Ranjau Masih Utuh

Di saat para mujahidin terjepit, hewan-hewan dan alam tiba-tiba ikut membantu, bahkan menjelma menjadi sesuatu yang menakutkan.

Sebuah kejadian “aneh” terjadi di Gaza Selatan, tepatnya di daerah AI Maghraqah. Saat itu para mujahidin sedang memasang ranjau. Di saat mengulur kabel, tiba-tiba sebuah pesawat mata-mata Israel memergoki mereka. Bom pun langsung jatuh ke lokasi itu.

Untunglah para mujahidin selamat. Namun, kabel pengubung ranjau dan pemicu yang tadi hendak disambung menjadi terputus. Tidak ada kesempatan lagi untuk menyambungnya, karena pesawat masih berputar-putar di atas.

Tak lama kemudian, beberapa tank Israel mendekati lokasi di mana ranjau-ranjau tersebut ditanam. Tak sekadar lewat, tank-tank itu malah berhenti tepat di atas peledak yang sudah tak berfungsi itu.

Apa daya, kaum Mujahidin tak bisa berbuat apa-apa. Kabel ranjau jelas tak mungkin disambung, sementara tank-tank Israel telah berkumpul persis di atas ranjau.

Mereka merasa amat sedih, bahkan ada yang menangis ketika melihat pemandangan itu. Sebagian yang lain berdoa, “allahumma kama lam tumakkinna minhum, allahumma la tumakkin lahum,” yang maknanya, “Ya Allah, sebagaimana engkau tidak memberikan kesempatan kami menghadapi mereka, jadikanlah mereka juga lidak memiliki kesempatan serupa.”

Tiba-tiba, ketika fajar tiba, terjadilah keajaiban. Terdengar ledakan dahsyat persis di lokasi penanaman ranjau yang tadinya tak berfungsi.

Setelah Tentara Israel pergi dengan membawa kerugian akibat ledakan lersebut, para mujahidin segera melihal lokasi ledakan. Sungguh aneh, ternyata seluruh ranjau yang telah mereka tanam itu masih utuh. Dari mana datangnva ledakan? Wallahu a’lam.

Masih dari wilayah Al Maghraqah. Saat pasukan Israel menembakkan artileri ke salah satu rumah, hingga rumah itu terbakar dan api menjalar ke rumah sebelahnya, para mujahidin dihinggapi rasa khawatir jika api itu semakin tak terkendali.

Seorang dari mujahidin itu lalu berdoa,”Wahai Dzat yang merubah api menjadi dingin dan tidak membahayakan untuk Ibrahim, padamkanlah api itu dengan kekuatan-Mu.”

Maka, tidak lebih dari tiga menit, api pun padam. Para niujahidin menangis terharu karena mereka merasa Allah Subhanuhu wa Ta’ala (SWT) telah memberi pertolongan dengan terkabulnya doa mereka dengan segera.

bersambung..

Pengendalian Hawa Nafsu

Cinta kita kepada Allah SWT dan keyakinan bahwa kehidupan di dunia ini suatu saat akan berakhir dan di akhirat nanti masing-masing kita harus mempertanggungjawabkan setiap detik perjalanan hidup di dunia, memiliki andil yang sangat besar dalam mengendalikan kecenderungan hawa nafsu.

Suatu saat terjadi dialog antara Rasulullah SAW dengan Hudzaifah Ra. Rasulullah Saw bertanya kepada Hudzaifah. Ya Hudzaifah, bagaimana keadaanmu saat ini? Jawab Hudzaifah: “Saat ini saya sudah benar-benar beriman, ya Rasulullah”. Rasul kemudian mengatakan, “Setiap kebenaran itu ada hakikatnya, maka apa hakikat keimananmu, wahai Hudzaifah?” Jawab Hudzaifah: Ada "dua", ya Rasulullah. Pertama, saya sudah hilangkan unsur dunia dari kehidupan saya, sehingga bagi saya debu dan mas itu sama saja. Dalam pengertian, saya akan cari kenikmatan dunia, lantas andaikata saya dapatkan maka saya akan menikmatinya dan bersyukur kepada Allah SWT. Tapi, kalau suatu saat kenikmatan dunia itu hilang dari tangan saya, maka saya tinggal bersabar sebab dunia bukanlah tujuan. Bila ia datang maka Alhamdulillah, dan bila ia pergi maka, Innalillaahi wa inna ilaihi raji'un. Yang kedua, Hudzaifah mengatakan, “setiap saya ingin melakukan sesuatu, saya bayangkan seakan-akan surga dan neraka itu ada di depan saya. Lantas saya bayangkan bagaimana ahli surga itu me-nikmati kenikmatan surga, dan sebaliknya bagaimana pula ahli neraka itu merasakan azab neraka jahanam. Sehingga terdoronglah saya untuk melakukan yang diperintahkan dan meninggalkan yang dilarang-Nya”.

Mendengar jawaban Hudzaifah ini, Rasul langsung saja memeluk Hudzaifah dan menepuk punggungnya sambil berkata, "pegang erat-erat prinsip keimananmu itu, ya Hudzaifah, kamu pasti akan selamat dunia akhirat". Bila kita cermati dialog tersebut, paling tidak, ada "dua" hikmah yang bisa kita petik. Pertama, iman kepada Allah, dengan mencintai Allah itu di atas cinta kepada selain Allah. Dan yang kedua, selalu membayangkan akibat dari setiap perbuatan yang dilakukan di dunia bagi kehidupan yang abadi di akhirat nanti.

Di dalam beberapa ayat, Allah SWT menjelaskan tentang sifat-sifat orang-orang yang muttaqin, mereka di antaranya adalah yang meyakini akan adanya kehidupan akhirat. Orang yang beriman akan adanya kehidupan akhirat, akan membuat dia mampu mengendalikan kecenderungan hawa nafsunya. Sebaliknya, orang-orang yang tidak meyakini akan adanya kehidupan akhirat, "Mereka tidak pernah takut dengan hisab Kami, dan mereka telah mendustai ayat-ayat Allah dengan dusta yang nyata." (An Naba', 78 : 27-28)

Di dalam Alquran, Allah SWT mengisahkan dialog sesama Muslim di akhirat yakni antara Muslim yang ahli surga dengan Muslim berdosa yang masuk dalam neraka jahanam. Muslim yang langsung masuk surga bertanya kepada Muslim berdosa yang masuk ke dalam neraka. “Apa yang menyebabkan kamu masuk ke dalam neraka ? Mereka menjawab: “Kami dahulu tidak termasuk orang-orang yang mengerjakan shalat, dan kami tidak (pula) memberi makan orang miskin, dan adalah kami mendustakan hari pembalasan hingga datang kepada kami kematian.” (Al Muddatstsir, 74 : 42-46)

Menurut Alquran, kebanyakan orang-orang yang kufur adalah mereka yang akhir hidupnya penuh dengan kemaksiatan. Ini terjadi karena mereka tidak mengimani bahwa kehidupan mereka akan berakhir di alam akhirat dan mereka harus mempertanggungjawabkan seluruh aspek kehidupan mereka selama di dunia. Demikian pula, Allah SWT mengisahkan kesombongan Fir'aun dan orang-orang yang menyembahnya, "Sombonglah Fir'aun itu dengan seluruh pengikutnya di muka bumi tentu dengan alasan yang tidak benar. Dan mereka mengira, bahwa mereka tidak akan pernah kembali kepada Kami." (Al Qashash, 28 : 39)

Kesombongan Fir'aun berakhir saat sakaratul maut. Saat dia menyadari bahwa dia harus mempertanggungjawabkan semua perbuatannya. Ketika rombongan malaikat yang bengis-bengis itu mendatanginya saat dia sedang berada di tengah laut, yang dikisahkan para malaikat itu langsung memukul wajah dan punggung mereka. Allah SWT berfirman: “..Alangkah dahsyatnya sekiranya kamu melihat pada waktu orang-orang zalim (berada) dalam tekanan-tekanan sakaratul maut, sedang para malaikat memukul dengan tangannya, (sambil berkata): “Keluarkanlah nyawamu”. Pada hari ini kamu dibalas dengan siksaan yang sangat menghinakan, karena kamu selalu mengatakan terhadap Allah (perkataan) yang tidak benar dan (karena) kamu selalu menyombongkan diri terhadap ayat-ayat-Nya.” (Al An'aam, 6 : 93)

Pada saat sakaratul maut itu, Fir'aun menyatakan: “Sekarang saya benar-benar beriman dengan Tuhannya Nabi Musa dan Harun”. Namun saat sakaratul maut pintu taubat sudah ditutup. Karena sudah tidak ada lagi ujian keimanan, sebab yang ghaib termasuk alam dan makhluk ghaib sudah terlihat nyata. Allah SWT berfirman: “Sesungguhnya kamu berada dalam keadaan lalai dari (hal) ini, maka Kami singkapkan daripadamu tutup (yang menutupi) matamu, maka penglihatanmu pada hari itu amat tajam.” (Qaaf, 50 : 22)

Orang yang beriman kepada Allah dan beriman kepada hari pembalasan/akhirat, yang diharapkan dapat mengendalikan kecenderungan hawa nafsunya untuk hanya mencintai yang dicintai Allah dan membenci yang dibenci Allah, yang hanya mencintai sesuatu di dunia jika yang dicintainya itu dicintai Allah SWT.

Dalam sebuah hadis dikisahkan, suatu ketika pada siang hari, Sayidana Umar ra. berkunjung ke rumah Rasulullah SAW di mana saat itu Rasul sedang tidut beristirahat, dengan dada telanjang. Ketika beliau bangun tampaklah pada punggungnya garis-garis merah karena kasarnya alas tidur beliau yang dibuat dari pelepah kurma. Melihat pemandangan ini, Sayidina Umar menangis. Beliau yang terkenal keras saat itu luluh hatinya ketika melihat Rasulullah dalam kondisi seperti itu. Rasul bertanya: “Apa yang membuat kamu menangis wahai Sayidina Umar ? “Umar berkata:” saya malu ya Rasulullah, engkau adalah pemimpin kami, engkau adalah Rasul Allah, manusia pilihan, manusia yang dimuliakan-Nya. Engkau adalah pemimpin ummat, namun engkau tidur di atas alas yang kasar seperti ini, sementara kami yang engkau pimpin tidur di atas alas yang empuk. Saya malu ya Rasusulullah, selayaknya engkau mengambil alas tidur yang lebih dari ini”. Rasul menjawab: “Apa urusan saya dengan dunia ini? Tidak ada! Urusan diri saya dengan dunia ini kecuali seperti orang yang sedang mengembara dalam musim panas menempuh sebuah perjalanan yang cukup panjang, lalu sekejap mencoba bernaung di bawah sebuah pohon yang rindang untuk sekejap melepas lelah. Setelah itu dia pun kemudian pergi meninggalkan tempat peristirahatannya”. Kata Rasul: haruskah saya korbankan kehidupan yang abadi hanya untuk bernaung sejenak menikmati itu? (HR. Ahmad, Ibnu Habban, Baihaqi)

Selain kisah di atas, ada kisah lain yang layak kita renungkan di mana suatu ketika Khalifah Umar kedatangan putranya, Abdullah, yang meminta dibelikan baju baru. Secara spontan saja Sayidina Umar langsung marah sambil mengatakan: “Apakah karena kamu seorang anak Amirul Mu’minin lantas kamu ingin bajumu selalu lebih baik dari anak-anak yang lain ? Jawab Abdullah: Tidak! Saya khawatir malah kondisi saya ini akan menjadi fitnah, menjadi bahan cemoohan orang lain di mana anak Amirul mu’minin pakaiannya tidak pernah ganti-ganti, sebab dia hanya memiliki dua baju, di mana bila yang satu dipakai maka yang satu dicuci dan seterusnya. Sayidina Umar berkata: “Baiklah Nak, saya ingin belikan kamu baju baru hanya saja ayah saat ini tidak punya uang. Untuk itu kamu saya utus menemui “Khoolin Baitul Maal’ (bendahara negara), sampaikan kepada beliau salam dari ayah dan katakan pula bahwa ayah bermaksud mengambil gajinya bulan depan untuk membelikan kamu baju baru. Abdullah langsung menemui bendaharawan negara dengan mengatakan: “Ada salam dari ayah. Dan, ayah minta supaya gaji bulan depan bisa diserahkan saat ini untuk membelikan saya baju baru”. Bendaharawan tersebut mengatakan: “Nak, sampaikan kembali salamku kepada ayahmu, dan katakan bahwa aku tidak bersedia mengeluarkan uang itu”. Tanyakan kepada ayahmu, apakah ayahmu yakin sampai bulan depan beliau masih menjabat Amirul Mu’minin, sehingga berani mengambil uang gajinya bulan depan sekarang ? Andaikata dia yakin sampai bulan depan dia masih Amirul Mu’inin, yakinkah sampai besok dia masih hidup, bagaimana kalau besok ia meninggal dunia padahal gajinya bulan depan sudah dikeluarkan. Mendengar jawaban bendahara negara yang demikian itu, pulanglah Abudullah segera menemui ayahnya sambil menyampaikan pesan dari bendaharawan tersebut.

Mendengar penuturan anaknya, Umar langsung menggandeng tangan anaknya sambil mengatakan, antarkan saya menemui bendaharawan tadi. Begitu sampai di hadapan bendaharawan tersebut, Sayidina Umar langsung memeluknya, sambil mengatakan, terima kasih, saudara telah mengingatkan saya terhadap satu keputusan yang nyaris saja salah. Demikianlah kisah Sayidina Umar dan masih banyak lagi kisah lain dari perjalanan hidup para sahabat yang patut kita teladani untuk menghadapi dinamika kehidupan yang terus berkembang mengikuti perputaran zaman.

Allah SWT telah mengingatkan tentang bahayanya manusia-manusia yang menjadikan dunia ini sebagai tujuan hidupnya, “Maka sesungguhnya nerakalah tempat tinggalnya.” (An Naazi’aat, 79 : 39) “Maka berpalinglah (hai Muhammad) dari orang yang berpaling dari peringatan Kami dan tidak mengingini kecuali kehidupan duniawi. Itulah sejauh-jauh pengetahuan mereka. Sesungguhnya Tuhanmu, Dia-lah yang paling mengetahui siapa yang tersesat dari jalan-Nyadan Dia pulalah yang paling mengetahui siapa yang mendapat petunjuk” (An Najm, 53 : 29-30)

Akhlak yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW dan para sahabat yang sedemikian mulianya bisa terwujud tiada lain karena adanya benteng keimanan yang sangat kuat dan kokoh. Semoga kita bisa meneladani apa yang menjadi perilaku Rasul dan para sahabatnya. Amin!

Wallahu a’lam bish-shawab

sumber : http://www.republika.co.id/berita/ensiklopedia-islam/dakwah/09/10/23/84360-pengendalian-hawa-nafsu

EGOISME (dalam pandangan Islam)



Disadari atau tidak, bahwa egoisme manusia sangatlah terkait dengan keimanannya. Egoisme atau kecintaan manusia terhadap dirinya, tidak jarang dapat menguasai kepribadian seseorang. Bahkan mungkin sering kita lihat dalam kehidupan, betapa manusia asyik berjuang memenangkan ego masing-masing.

Egoisme dipastikan akan memunculkan persaingan yang pada gilirannya akan memunculkan saling berselisih antara satu dengan lainnya di dalam memenuhi kepentingan yang menjadi ego masing-masing. Bahkan tidak jarang, dalam upaya persaingan dalam memenuhi ego memanfaatkan sebagian orang dengan menghalalkan segala macam cara, baik dalam bentuk kolusi, korupsi, nepotisme, pencurian, perampokan, dan lain sebagainya.

Sudah sejak awal Allah SWT memperingatkan kepada kita apa yang telah terjadi pada manusia pertama, Adam. Kisah Adam dan Hawa, mengantarkan kita ke dalam keyakinan bahwa tidak mungkin kita meragukan keimanan Adam dan Hawa. Bagaimana mungkin kita bisa meragukan keimanan keduanya, karena mereka berdua langsung berjumpa dan berdialog dengan Allah.

Pertanyaan yang muncul kemudian, kenapa keimanan Adam dan Hawa harus gugur dengan mengikuti godaan Iblis untuk melanggar satu aturan Allah, yaitu memakan buah Khuldi. Bila saja kita simak secara seksama, ternyata kalahnya keimanan Adam dan Hawa ini setelah Iblis berhasil mengetahui titik lemah manusia yang lalu Iblis bisikkan pikiran jahatnya dengan menyatakan, "Hai Adam, maukah kamu saya tunjukkan sebuah pohon Khuldi dan kerajaan yang tidak akan binasa" (Thaahaa, 20 : 120).
Pada satu sisi Allah mengingatkan kepada Adam dan Hawa, sekaligus menekankan bahwa keduanya dilarang memakan buah tersebut, bahkan jangankan untuk memakannya, mendekatinya pun dilarang. Allah SWT berfirman: “Janganlah kamu dekati pohon ini, nanti kamu termasuk orang-orang yang zalim’ (Al Baqarah, 2:35).
Sementara Iblis menyatakan, maukah kamu aku “tunjukkan” sebuah pohon. Pohon yang hakikatnya Allah SWT nyatakan kepada Adam dan Hawa agar mereka berdua tidak mendekatinya, apalagi memakan buahnya.

Ini yang sebenarnya harus menjadi “Tazkirah” (peringatan), di satu sisi Allah melarang, tapi di sisi yang lain Iblis malah berusaha “menunjukkan” pohon itu. Masalahnya kemudian mengapa keimanan Adam dan Hawa tiba-tiba menjadi lemah untuk kemudian keduanya melanggar aturan Allah dengan memakan buah terlarang tersebut?
Di sinilah titik lemah manusia yang kemudian diketahui Iblis, di mana Iblis menyatakan, maukah saya tunjukkan kamu sebuah pohon yang kalau kamu makan buahnya maka kamu akan mendapatkan "dua" perkara. Yang pertama, “Khuld”(kekal). Yang kedua, mendapatkan kerajaan atau kekayaan yang berlimpah ruah.
Dengan kata lain Iblis berusaha memperdaya Adam dan Hawa dengan meyakinkan mereka berdua, bahwasanya Allah melarang memakan buah itu tidak lain karena Allah takut tersaingi, jika karena kalian memakan buah tersebut maka kalian akan sama-sama kekal dan sama akan punya kekuasaan. Dua hal inilah, yakni mengharapkan “Kekekalan” kekuasaan dan harta yang berlimpah ruah yang telah mengantarkan runtuhnya keimanan Adam dan Hawa, keimanan dua insan yang langsung berjumpa dan berdialog dengan Allah SWT.

Satu pelajaran yang luar biasa sangat berharga bagi kita anak cucu Adam, bahwa kalau kita lihat keberhasilan Iblis menyesatkan manusia terbanyak dari dua sisi ini. Yakni dari sisi kekuasaan dan ingin hidup kekal lalu berusaha untuk bisa melanggengkan kekuasaan dan lain sebagainya. Kekal tidak hanya dari segi umur, tetapi dari sisi jabatan, kedudukan, dan lain sebagainya. Dari sisi inilah peluang Iblis untuk menggoda dan menyesatkan manusia.

Allah SWT mengingatkan, hanya keimananlah sebenarnya yang bisa mengendalikan kecenderungan tersebut. Dalam Islam seseorang tidak diperintahkan untuk mematikan kecenderungan hawa nafsunya sepanjang dalam memenuhinya masih dalam aturan yang benar menurut Allah SWT.
Tidak salah kalau seseorang ingin kaya, punya ambisi kedudukan, jabatan dan lain-lain sepanjang bisa ditempuh dengan jalan yang diridhai-Nya. Yang tidak dimungkinkan dalam Islam adalah, bila dalam memenuhi keinginannya ia tempuh dengan menghalalkan segala macam cara dengan melanggar aturan dan hukum-Nya.

Ada sebuah kisah yang diriwayatkan oleh Ummu Salmah, istri Rasulullah SAW, tentang bagaimana keimanan itu bisa mengendalikan ego seseorang. Dikisahkan ada dua orang laki-laki, mereka bertengkar memperebutkan harta waris, masing-masing tidak memiliki bukti kepemilikan harta yang diperebutkan itu. Lantas keduanya menghadap Rasulullah SAW untuk meminta keputusan Beliau.
Rasulullah SAW kepada mereka berdua menyatakan: Saya ini hanyalah seorang manusia, sementara kalian mencoba meminta penyelesaian proses hukum ini kepada saya, padahal boleh jadi seseorang di antara kalian akan mampu dengan dalil-dalil dan pendekatannya meyakinkan kepada saya bahwa dialah yang paling benar, sehingga saya bisa memutuskan bahwa itu milik dia, padahal itu belum tentu benar. Kalau itu yang terjadi maka berarti saya telah memberikan kepada dia peluang untuk menyiapkan bara api neraka jahnnam sepenuh perut dia. "Mereka yang memakan harta anak yatim dengan cara yang zalim maka sama dengan dia telah menyiapkan bara api sepenuh perutnya" (An Nissa', 4 : 10).
Mendengar pernyataan Rasulullah SAW ini, maka kedua laki-laki tadi kemudian masing-masing mengatakan kepada yang lain, kalau memang itu adalah hak saya, maka saya ikhlas untukmu, silakan ambil. Yang satu seperti itu yang lain pun demikian. Akhirnya mereka sama-sama tidak mau mengambil haknya. (HR. Sunan Abu Daud).

Seperti inilah jika keimanan yang menjadi pijakan hidup seseorang. Ada kisah lain yang serupa yang diriwayatkan oleh Imam Muslim, Nabi SAW pernah mengisahkan kepada para sahabat tentang dua orang mu'min yang satu menjual tanah kepada yang lain. Usai proses pembelian, si pembeli kembali lagi dengan membawa satu kotak peti berisi emas dengan mengatakan; Setelah saya membeli tanah kebetulan saya menggali tanah itu kutemukan satu kotak peti berisi Emas. Karena saya hanya membeli dan membayar harga tanah, berarti tidak termasuk emas yang ada di dalam peti ini. Maka dari itu saya kembalikan kotak peti berisi emas ini.

Si penjual tanah tidak mau menerima dengan mengatakan, saya sudah menjual tanah dengan segala yang ada di dalamnya. Akhirnya, keduanya sepakat untuk menemui seseorang untuk meminta keputusan. Maka berkatalah orang yang dipercayakan oleh kedua orang itu, adakah kalian berdua punya anak ? Yang satu menyatakan, saya punya anak laki-laki. Yang satunya lagi, saya punya anak perem-puan. Lebih lanjut, seseorang yang dipercaya itu mengatakan, kalau begitu nikahkan saja anak kalian berdua dan emas itu untuk modal anak kalian berdua. Maka barulah keduanya sepakat.
Alangkah luar biasa dampak keimanan dalam mengendalikan egoisme manusia. Dan alangkah indahnya hidup dan kehidupan ini jika masing-masing manusia memiliki keimanan yang kuat sehingga dia mampu mengendalikan kecenderungan “ego” yang ada dalam dirinya sekaligus mementahkan bisikan Iblis yang menyesatkan.

Wallahu a’lam bish-shawab

Minggu, 06 Juni 2010

The Power of Da'wa (kekuatan dakwah)

Dakwah

Dakwah adalah kegiatan yang bersifat menyeru, mengajak dan memanggil orang untuk beriman dan taat kepada Allah Subhaanahu wa ta'ala sesuai dengan garis aqidah, syari'at dan akhlak Islam. Kata dakwah merupakan masdar (kata benda) dari kata kerja da'a yad'u yang berarti panggilan, seruan atau ajakan.

Kata dakwah sering dirangkaikan dengan kata "Ilmu" dan kata "Islam", sehingga menjadi "Ilmu dakwah" dan Ilmu Islam" atau ad-dakwah al-Islamiyah.

Ilmu Dakwah

Ilmu dakwah adalah suatu ilmu yang berisi cara-cara dan tuntunan untuk menarik perhatian orang lain supaya menganut, mengikuti, menyetujui atau melaksanakan suatu ideologi, agama, pendapat atau pekerjaan tertentu. Orang yang menyampaikan dakwah disebut "Da'i" sedangkan yang menjadi obyek dakwah disebut "Mad'u". Setiap Muslim yang menjalankan fungsi dakwah Islam adalah "Da'i"


Tujuan utama dakwah

Tujuan utama dakwah ialah mewujudkan kebahagiaan dan kesejahteraan hidup di dunia dan di akhirat yang diridai oleh Allah. Nabi Muhammad SAW mencontohkan dakwah kepada umatnya dengan berbagai cara melalui lisan, tulisan dan perbuatan. Dimulai dari istrinya, keluarganya, dan teman-teman karibnya hingga raja-raja yang berkuasa pada saat itu. Di antara raja-raja yang mendapat surat atau risalah Nabi SAW adalah kaisar Heraklius dari Byzantium, Mukaukis dari Mesir, Kisra dari Persia (Iran) dan Raja Najasyi dari Habasyah (Ethiopia).

Fiqhud-dakwah

Ilmu yang memahami aspek hukum dan tatacara yang berkaitan dengan dakwah, sehingga para muballigh bukan saja paham tentang kebenaran Islam akan tetapi mereka juga didukung oleh kemampuan yang baik dalam menyampaikan Risalah al Islamiyah.

Dakwah Fardiah

Dakwah Fardiah merupakan metode dakwah yang dilakukan seseorang kepada orang lain (satu orang) atau kepada beberapa orang dalam jumlah yang kecil dan terbatas. Biasanya dakwah fardiah terjadi tanpa persiapan yang matang dan tersusun secara tertib. Termasuk kategori dakwah seperti ini adalah menasihati teman sekerja, teguran, anjuran memberi contoh. Termasuk dalam hal ini pada saat mengunjungi orang sakit, pada waktu ada acara tahniah (ucapan selamat), dan pada waktu upacara kelahiran (tasmiyah).

[Dakwah Ammah

Dakwah Ammah merupakan jenis dakwah yang dilakukan oleh seseorang dengan media lisan yang ditujukan kepada orang banyak dengan maksud menanamkan pengaruh kepada mereka. Media yang dipakai biasanya berbentuk khotbah (pidato).

Dakwah Ammah ini kalau ditinjau dari segi subyeknya, ada yang dilakukan oleh perorangan dan ada yang dilakukan oleh organisasi tertentu yang berkecimpung dalam soal-doal dakwah.

Dakwah bil-Lisan

Dakwah jenis ini adalah penyampaian informasi atau pesan dakwah melalui lisan (ceramah atau komunikasi langsung antara subyek dan obyek dakwah). dakwah jenis ini akan menjadi efektif bila: disampaikan berkaitan dengan hari ibadah seperti khutbah Jumat atau khutbah hari Raya, kajian yang disampaikan menyangkut ibadah praktis, konteks sajian terprogram, disampaikan dengan metode dialog dengan hadirin.

Dakwah bil-Haal

Dakwah bil al-Hal adalah dakwah yang mengedepankan perbuatan nyata. Hal ini dimaksudkan agar si penerima dakwah (al-Mad'ulah) mengikuti jejak dan hal ikhwal si Da'i (juru dakwah). Dakwah jenis ini mempunyai pengaruh yang besar pada diri penerima dakwah.

Pada saat pertama kali Rasulullah Saw tiba di kota Madinah, beliau mencontohkan Dakwah bil-Haal ini dengan mendirikan Masjid Quba, dan mempersatukan kaum Anshor dan kaum Muhajirin dalam ikatan ukhuwah Islamiyah.

Dakwah bit-Tadwin

Memasuki zaman global seperti saat sekarang ini, pola dakwah bit at-Tadwin (dakwah melalui tulisan) baik dengan menerbitkan kitab-kitab, buku, majalah, internet, koran, dan tulisan-tulisan yang mengandung pesan dakwah sangat penting dan efektif.

Keuntungan lain dari dakwah model ini tidak menjadi musnah meskipun sang dai, atau penulisnya sudah wafat. Menyangkut dakwah bit-Tadwim ini Rasulullah saw bersabda, "Sesungguhnya tinta para ulama adalah lebih baik dari darahnya para syuhada".

Dakwah bil Hikmah

Dakwah bil Hikmah Yakni menyampaikan dakwah dengan cara yang arif bijaksana, yaitu melakukan pendekatan sedemikian rupa sehingga pihak obyek dakwah mampu melaksanakan dakwah atas kemauannya sendiri, tidak merasa ada paksaan, tekanan maupun konflik. Dengan kata lain dakwah bi al-hikmah merupakan suatu metode pendekatan komunikasi dakwah yang dilakukan atas dasar persuasif.

Dalam kitab al-Hikmah fi al dakwah Ilallah ta'ala oleh Said bin Ali bin wahif al-Qathani diuraikan lebih jelas tentang pengertian al-Hikmah, antara lain:

Menurut bahasa:

  • adil, ilmu, sabar, kenabian, Al-Qur'an dan Injil
  • memperbaiki (membuat manjadi lebih baik atau pas) dan terhindar dari kerusakan
  • ungkapan untuk mengetahui sesuatu yang utama dengan ilmu yang utama
  • obyek kebenaran(al-haq) yang didapat melalui ilmu dan akal
  • pengetahuan atau ma'rifat.

Menurut istilah Syar'i:

  • valid dalam perkataan dan perbuatan, mengetahui yang benar dan mengamalkannya, wara' dalam Dinullah, meletakkan sesuatu pada tempatnya dan menjawab dengan tegas dan tepat.


Kekuatan Dakwah Para Sahabat Nabi Muhammad saw

Bayangkan betapa efektifnya hati para Sahabat. Mereka berkelana ke seluruh dunia dan mampu menarik orang-orang untuk masuk Islam walaupun tidak fasih dalam berbagai bahasa. Seorang sahabat dapat mengadakan perubahan bagi suatu bangsa.

Bayangkan kehidupan Abu Ayyub al-Ansari RA. Beliau pindah ke Turki, tanpa mengetahui apa-apa mengenai Turki. Beliau tinggal sampai akhir hayatnya di sana dan dikenal sebagai Tokoh Islam di Turki.

Sahabat lainnya membawa Islam ke Spanyol.

Kita harus bertanya kepada diri kita sendiri, apa rahasia yang diberikan Allah SWT ke dalam hati mereka? Mengapa para ulama sekarang tidak mempunyai kekuatan semacam itu? Rasulullah Muhammad SAW membawa kekuatan itu untuk seluruh umat.

Di abad ketiga dan keempat, yang merupakan era Sahabat dan Tabi’iin (penerus), umat Islam sanggup memberi kontribusi terhadap perubahan yang berlangsung secara dinamis. Jika kita tidak bisa berbuat serupa, pasti ada sesuatu yang salah dengan kita sekarang ini.

Kini negara-negara Muslim mempunyai milyaran dollar dari minyak. Mereka mencetak buku-buku dalam jumlah yang sangat banyak tetapi hanya sedikit orang yang bisa dikonversi ke dalam Islam. Ada sekitar 1.2 milyar Muslim di seluruh dunia, dan jumlahnya hanya bertambah sedikit setiap harinya. Peningkatannya itu dapat diabaikan, ibarat langkah seekor semut.

Ketika Anas bin Malik RA, salah seorang Sahabat Rasulullah SAW mendekati ajalnya, beliau bertanya kepada sahabat-sahabatnya, “Maukah kalian mendengar hadis yang belum pernah didengar oleh orang lain, dan jika Aku meninggal, maka tak seorang pun yang mendengarnya?”

Mereka menjawab, “Ya.”

Beliau mengatakan bahwa, “Rasulullah SAW berkata kepada para Sahabatnya, ‘Di Hari Kiamat, ilmu akan dicabut--yurfa’u al-ilm—dan kebodohan akan meningkat.’

Para Sahabat bertanya, ‘Bagaimana ilmu akan diambil?’

Rasulullah SAW menjawab, ‘Dengan wafatnya para ulama.’”

Renungkan! Ada 124.000 Sahabat yang duduk bersama Rasulullah SAW dan mempelajari kebiasaan beliau, tetapi hanya ada 10 atau 15 orang yang memenuhi persyaratan untuk memberikan fatwa. Saya menyarankan kalian untuk membuka buku sejarah.

Setelah masa Sahabat, para Tabi’iin dan Tabi’ tabi’iin tidak membuat peraturan-peraturan baru, tetapi hanya menggunakan peraturan Islam sebelumnya. Hanya beberapa ratus ulama yang mampu mengeluarkan fatwa. Mereka sangat teliti dan takut untuk membuat kesalahan.

Kontras sekali dengan sekarang, tampaknya semua orang memberikan fatwa. Kita mengatakan ‘Inilah apa yang Saya pahami dan begitulah mekanisme kerjanya.’ Jadi sekarang orang-orang bagaikan ulama yang mengeluarkan fatwa. Setiap orang juga suka meniru kebebasan ala barat. Muslim mencoba membuat keputusan dengan cara Barat. Ini adalah jahil—suatu bentuk kemunafikan.

Di sekolah, anak-anak bisa mengambil kursus teknik, atau kursus medis dan sebagainya, tetapi mereka tidak dapat mempelajari korupsi. Sekarang sebagai tambahan terhadap pengetahuan teknis yang kita pelajari untuk hidup kita, generasi muda juga mempelajari ide-ide yang berbeda di sekolahnya—yang tidak berhubungan dengan pelajaran mereka. Inilah yang dimaksud dengan meningkatnya kelalaian. Di masa lalu orang hanya tertarik untuk pulang ke rumah setelah dia bekerja, untuk merawat anaknya dengan cara yang terbaik.

Dan hadis itu berlanjut, ‘wa yashrab al-khamr’--dan mereka akan minum anggur. Saya melihat banyak orang Muslim yang melakukan shalat tetapi juga masih minum alkohol. Beberapa Muslim hanya berhubungan dengan Islam atau masjid pada peristiwa pernikahan atau kematian. Ini adalah situasi yang umum di negara-negara Muslim di Timur Tengah dan Asia.

Kemudian, “perzinaan semakin menyebar luas.” Perzinaan berlangsung di mana-mana dan sudah menjadi kebiasaan. Anak-anak muda baik pria maupun wanita yang berpakaian bagus atau mengendarai mobil mewah, menemukan kesempatan untuk berzina dengan mudah.

Hadis yang diriwayatkan oleh Sayyidina Anas RA berlanjut, “pria akan meninggal.” Perlu dicatat bahwa hal ini terjadi tepat setelah perzinaan. Hal ini menunjukkan bahwa pria akan mati dalam perang atau karena penyakit.

Saya mengetahui ada beberapa orang yang akan meninggalkan negara Muslim selama bulan Ramadan untuk menghindari puasa. Saya melihat hal ini. Mereka melancong ke berbagai tempat di Eropa agar terhindar dari masyarakatnya. Di sana mereka merasa bebas untuk pergi ke mana saja, incognito, dan melakukan apa yang mereka suka.

Oleh sebab itu Allah SWT menciptakan suatu penyakit yang kebanyakan diderita kaum pria. Prostitusi adalah penyebab langsungnya, tetapi prialah yang lebih banyak menderita dari penyakitnya. Mereka juga meneruskan penyakitnya kepada anak-anak dan anak cucunya.

Hadis itu berlanjut dengan, “wa yabqa an-nisa”—“wanita akan tinggal sedangkan pria meninggal.” Akhirnya bakal ada 50 wanita untuk setiap pria. Sekarang kita telah melihat bahwa jumlah pria semakin berkurang. Statistik memperlihatkan bahwa presentasi tinggi meninggalnya pria terjadi selama Perang Dunia II, khususnya di Jerman.

Rasulullah SAW telah menyebutkan penyakit ini 1400 tahun yang lalu dan sekarang menjadi kenyataan. Allah SWT memberi Rasulullah SAW suatu kemampuan yang luar biasa yang disebut ‘ulum al-awwaliin wal-aakhiriin—pengetahuan tentang hal-hal yang pertama dan terakhir.

Rasulullah SAW bersabda, “Enam peristiwa yang bakal mendahului Hari Kiamat adalah: kematianku, munculnya berbagai penyakit [dan empat peristiwa lainnya].” Beliau melukiskan kematian akibat suatu penyakit dengan ‘okaas al-ghanam’. ‘Okaas’ adalah suatu penyakit yang melanda biri-biri, kambing atau hewan ternak lainnya. Saliva dan mukosa mengalir secara berlebihan melalui lubang hidung dan mulut hewan dan jika tidak disembelih dia akan mengalami kematian yang mengenaskan.

Kita telah menyaksikannya di Eropa belum lama ini. Jutaan biri-biri tewas dan jutaan lainnya disembelih untuk menghindari penyebaran penyakitnya. Bagaimana mungkin Rasulullah SAW bisa melihat hal ini sebelumnya?

Dalam hadis lain disebutkan bahwa salah satu tanda Hari Kiamat adalah tasliim al-khassa—orang-orang memberi salam hanya kepada orang yang mereka kenal. Mengucapkan “assalamu alaykum” “salam sejahtera bagimu”—kepada setiap Muslim, baik yang dikenal maupun tidak, pria maupun wanita adalah sunnah. Namun demikian dewasa ini, Muslim hanya memberi salam kepada teman-teman terdekatnya.

Skenario yang berlaku untuk Muslim di negara-negara barat adalah, “Jika Aku tidak mengenalmu, Aku tidak akan memberi salam.” Mungkin ini disebabkan karena Saya tidak mengenalimu sebagai Muslim.

Di negara-negara Muslim, banyak orang yang beragama Islam, tetapi tetap saja kita tidak memberi salam. Hal ini dikarenakan tidak adanya kehangatan di antara kita—yang ada hanya es. Mengapa?

Karena hubungan kita tidak lagi berdasarkan Hubungan Ilahiah, tetapi hanya berlandaskan minat, hubungan duniawi.

Semoga Allah SWT membimbing kita ke jalan yang benar, dan menjadikan kita sebagai hamba-Nya yang bertaqwa.

sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Dakwah
http://abuumar.multiply.com/journal/item/168/Kekuatan_Dakwah_Para_Sahabat_Nabi_Muhammad_saw

Sabtu, 05 Juni 2010

Pembukaan !! (bukan UUD loh)

ini adalah blog saya...
mgkn ini bukan blog pertama saya karena saya telah membuat blog sejak saya kira-kira waktu itu kelas 2 SMA, sekarang saya mahasiswa semester 2..
akan tetapi blog saya yg lama entah kenapa saya lupa akan password nya..cukup sedih si tp ya gapaplah lagipula wktu itu saya belum terlalu banyak posting..nah inilah blog saya yg terbaru bukan semata-mata niat sendiri buat ngebuat blog baru tapi atas dorongan hmm lebih tepatnya disuruh dosen aplikom saya untuk membuat blog..hehe
karena saya lebih tertarik atau lebih suka membaca dibanding dengan menulis, yaa seperti menulis blog ini..tapi saya akan mencoba mengembangkan blog ini sehingga saya menjadi penulis yang baik..amiin

enjoy yaaa.. ^^
Lv

Perbaiki Dirimu, Ajak Orang Lain (inilah dakwah)



Saya jelaskan bahwa perkara paling penting yang perlu kita tumpukan di dalam marhalah ini di atas jalan dakwah ialah memperbaiki diri dan menyeru atau mengajak orang lain kepada jalan dakwah kita. Telah dijelaskan bahwa memperbaiki diri adalah perkara yang besar dan penting yang perlu diberikan perhatian khusus dengan bersungguh-sungguh sebab inilah kewajiban pertama dan asasi bagi setiap Muslim di dalam hidup ini, sehingga diri kita berada di dalam keridhaan Allah. Sukses mencapai jannatun naim dan terlepas dari azab Allah di Akhirat.

Memperbaiki diri juga merupakan tindakan dan usaha yang perlu dan mesti dalam merealisasikan berbagai kepentingan dan kewajiban yang lain. Dan kita katakan bahwa dasar yang sempurna yang menjadi asas perbaikan diri dan pembentukan pribadi manusia berakidah ialah akidah yang sahih yang menjadikan pendukung dakwah hidup dengannya, mengambil daripadanya segala urusan dan menyerahkan kepadanya segala apa yang dimilikinya, waktunya, usahanya, fikirannya, hartanya dan jiwanya.

Akidah yang telah didukung oleh salafussoleh lalu. Akidah itu menjadikan mereka sebagai contoh-contoh yang unik, teladan yang tiada tandingannya yang mengemukakan bentuk dan rupa yang ajaib dan mengagumkan di segala medan jihad dan pengorbanan, tebusan, pemberian, amanah, kesetiaan, cinta, kesan-kesan perhambaan yang benar kepada Allah dan dalam segala hal dan medan kebaikan.

Imam as-Syahid bersungguh-sungguh menjauhkan kita di akidah ini dari segala perkara yang menghapuskan intipatinya dan yang mungkin merubah dan memudahkannya menyimpang kepada perkara logika akal semata-mata yang jauh dari hati dan perasaan. Ini akan membawa pendukungnya ke dalam kancah perdebatan dan pertengkaran yang tidak berfaedah kepada pendukungnya di waktu susah, di waktu ujian dan di waktu bencana.

17.1 Ibadah yang Sahih

Setelah memahami asas yang teguh dan kuat dari akidah salimah (akidah yang lurus) dalam memperbaiki jiwa, barulah datang peranan ibadah yang sahih. Peranan ibadah ini mempunyai kesyumulan dan merangkumi segala urusan hidup. Kita tidak membatasinya hanya kepada shalat, puasa, zakat dan haji saja. Karena risalah kita dalam hidup ini, tugas kita di dalam hidup ini ialah beribadah kepada Allah yang berarti hidup kita ini seluruhnya adalah ibadah kepada Allah:

"Aku tidak menjadikan jin dan manusia kecuali supaya mereka beribadat kepadaKu." Az-Zariyaat: 56

Setiap kita mestilah berusaha bersungguh-sungguh untuk merealisasikan pengertian ini dengan membetulkan niat dalam setiap amalan. Mulai dari makan, minum, mencari ilmu dan amalannya, perkawinannya sebagai alat untuk menolongnya mentaati Allah dan memperbaiki ibadatnya. Dengan itu rumah menjadi mihrab, tempat beribadat kepada Allah, sekolah dan kampus, gedung perniagaan, kebun, ladang, sawah dan tempat-tempat permainan, bahkan dunia seluruhnya menjadi mihrab tempat kita beribadah kepada Allah.

Segala usaha dan perkataan yang lahir merupakan ibadah kepada Allah. Untuk itu, segala ibadah yang akan diterima oleh Allah mestilah memenuhi syarat yang sesuai dengan syariat Islam dan jauh dari segala yang haram dan dimurkai Allah. Oleh karena itu, setiap Muslim mesti mengetahui hukum-hukum ibadah dan syarat sahnya. Wajib mengetahui sunnah dan cara hidup Rasulullah s.a.w. dalam setiap perkara yang kita sebutkan tadi.

Dia mesti mengetahui dan mengamalkan semampu mungkin doa-doa ma'tsurat dari Rasulullah s.a.w. dalam setiap urusan dan beriltizam dengannya. Dengan demikian, seluruh hidup Muslim merupakan satu kehidupan rabbani, hidup menurut cara hidup yang diajarkan oleh Allah dan jadilah Muslim itu abdan Rabbanian, hamba yang bersifat ketuhanan, hamba yang menyembah Allah Taala, Tuhan seluruh alam.

Perkara yang mesti dalam ibadah ialah niat ikhlas kepada Allah semata-mata, jauh dari riya' dan menghadirkan hati menunaikan ibadah kepada Allah supaya amal dan ibadat itu diterima oleh Allah. Sebagai contoh, shalat yang diterima oleh Allah ialah shalat yang mencegah dari kejahatan dan kemungkaran. Bukan hanya sah dari sudut-sudut hukun fiqh saja, tetapi shalat yang mampu menghubungkan pendukungnya dengan Allah dengan penuh khusyuk, tunduk dan takut kepada Allah dan merupakan mi’raj bagi ruh dah jiwa orang mukmin.

17.2 AkhlakYang Teguh

Salah satu dari asas memperbaiki diri dan jiwa ialah menunjukkan contoh, sifat dan akhlak Islamiyah yang mulia seperti yang dianjurkan kepadanya oleh al-Quran dan sunnah Rasulullah s.a.w. Ini karena akhlak dan moral itu memainkan peranan penting dalam kehidupan individu. Ia berkait erat dengan segala kegiatan hidupnya, berkaitan dengan sikapnya terhadap kerabatnya, tetangganya dan semua orang yang bergaul, bermuamalah serta berurusan dengan mereka.

Perkara yang mesti ada pada seorang pendakwah yang menyeru manusia ke jalan Allah ialah dia mesti bersifat dengan sifat Muslim yang sejati supaya dia menjadi contoh teladan buat mad’unya dan dapat merealisasikan Islam dengan perkataan dan amalannya, bukan hanya dengan teori saja.

Contoh praktis itu lebih besar pengaruh dan kesannya di dalam jiwa manusia dari perkataan saja. Teladan kita ialah Rasulullah s.a.w. Dan, akhlak Rasulullah s.a.w itu ialah al-Quran. Banyak hadis-hadis Rasulullah yang mendorong kita berakhlak dengan akhlak yang mulia di antaranya:

"Aku diutus hanya untuk menyempurnakan akhlak yang mulia."

Dan sabda baginda lagi:

"Sesuatu yang paling berat dalam timbangan pada hari kiamat ialah taqwa kepada Allah dan akhlak yang baik."

Menghiasi diri dengan akhlak yang mulia berarti kita mesti meninggalkan akhlak yang hina.

Dari sabda: Rasulullah s.a.w, "Yang paling berat dalam timbangan pada hari akhirat ialah taqwa kepada Allah." Berarti tidak berubah-ubah dan tidak plin-plan dengan perubahan suasana dan pertukaran keadaan. Jadi alangkah wajarnya kita melatih diri kita dengan kesungguhan dan perhatian dan menghiasi diri dengan adab-adab dan akhlak Islam. Sebagai satu misal: Sifat hilm satu sifat yang mampu menguasai dan menahan diri dari kemarahan.

Dalam perkara ini Rasulullah saw. bersabda:

"Bukanlah orang yang kuat itu mengalahkan orang lain dalam satu pertarungan tetapi yang kuat itu ialah orang yang dapat menguasai dirinya ketika marah."

Alangkah kuatnya manusia berakidah jika dia mempunyai sifat-sifat orang yang beriman yang tersebut di dalam kitab Allah atau dalam hadis-hadis Rasulullah s.a.w. dan senantiasa merujukkan halnya dan mengukur sejauh mana iltizamnya dan pengabaiannya dalam memiliki sifat-sifat itu dan terus berusaha dan menyempurnakan dirinya dengan sifat yang mulia itu.

17.3 Tsaqafatul Fikr

Satu lagi aspek memperbaiki diri yang lazim untuk laki-laki berakidah yang tampil untuk amal Islami dan dakwah Islam, yang menyeru manusia pada jalan Allah dia mesti mempunyai budaya berfikir.

Tsaqafatul fikr (pendidikan fikiran) merangkumi tiga aspek asasi: Aspek pertama ialah: pengenalan yang salim (lurus) dan sempurna tentang Islam yang menjadikan dia melaksanakan Islam dengan pelaksanaan yang betul dan lurus terhadap dirinya dan melayakkannya menyampaikan Islam itu dengan baik kepada orang lain. Dia melaksanakan dan menyampaikannya dengan menyeluruh, menjaga kemurnian dan kejatiannya.

Aspek kedua: Dia mesti mengetahui suasana dan keadaan dunia Islam dahulu dan sekarang, mengenali musuh-musuh Islam dan mengetahui semua cara dan tindak tanduk mereka. Dia mesti mengetahui peristiwa-peristiwa yang sedang terjadi dan yang mempengaruhi Muslimin dari dekat atau dari jauh. Dia mesti mengetahui siapakah golongan yang bekerja di bidang dakwah Islam, mengetahui kecenderungan dan cara-cara kerja mereka, bagaimana bentuk tolong menolong yang perlu dibuat bersama mereka dan Iain-lain lagi perkara yang lazim bagi orang-orang yang tampil di bidang amal Islami.

Aspek ketiga: Memperbaiki pengkhususan dalam berbagai hal yang berkaitan dengan urusan kehidupan seperti kedokteran, pertanian, perniagaan, perindustrian dan lain-lain. Maka tidak boleh tidak, seorang insan akidah mesti berusaha memperbaiki dan menguasai bidang profesional supaya dia mendapat tempat di dalam masyarakat dan dapat mengisi tempat-tempat kosong tatkala kita membangun dan menegakkan daulah Islam. Patut kita menyebutkan di sini bahwa sebagian besar dari ilmu pengetahuan modern ini telah diasaskan oleh ulama dan cendikiawan Islam di zaman dahulu. Karena agama kita mendorong kita mencari ilmu dan belajar dengannya dan dapat menghubungkan ilmu dengan Al Khaliq, Allah s.w.t.

"Bacalah dengan nama Tuhanmu yang menciptakan". Al-Alaq: 1

Semestinyalah orang-orang yang bekerja di bidang dakwah di kalangan pelajar dan mahasiswa supaya mereka menjadi golongan yang terkemuka di dalam subjek pengkhususan mereka kerana sekiranya mereka terkebelakang di dalam pelajaran, mungkin akan menjauhkan orang lain dari amal dan usaha Islamnya.

17.4 Kekuatan Jasmani

Satu lagi dari sudut memperbaiki diri yang dituntut dari agen dakwah ialah dia mesti menjaga kesehatan jasmaninya supaya dia mampu memikul berbagai beban dan tugas dakwah dan jihad. Supaya kelemahan jasmani tidak menjadi halangan baginya dalam rangka merealisasikan cita-cita yang besar yang kita harapkan.

Rasulullah s.a.w. mendorong kita menjaga dan memperhatikan jasmani kita:

"Orang mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai Allah daripada orang-orang mukmin yang lemah dan ada kebaikan kepada tiap-tiap individu."

Kita dapati banyak hadis dan sunnah Rasulullah s.a.w yang menolong kita untuk memelihara kesehatan dan keselamatan jasmani kita. Kita juga mendapati Imam as-Syahid memberi perhatian yang cukup dalam perkara ini karena menyahut arahan Rasululah s.a.w itu.

Ada disebut di dalam kewajiban saudara yang beramal untuk Islam di dalam Risalah at-Ta'alim, menuntut setiap aktivis bersegera konsultasi dengan dokter memeriksa kesehatan keseluruhan dan mengobati penyakit yang ada padanya, memelihara kesehatannya dan menjauhkan perkara yang melemahkan kesehatan. Misalnya, beliau mengingatkan supaya kita menjauhi minum kopi yang berlebihan dan seumpamanya.

Beliau melarang menghisap rokok. Beliau juga mengingatkan kita supaya menjaga kebersihan dalam segala perkara, bersih dalam rumah, pakaian, makanan, badan dan tempat kerja. Kita disuruh agar menjauhi minuman keras, minuman yang memabukkan dan mengkhayalkan. Dan segala perkara di dalam aspek tersebut mesti dijauhi.

17.5 Sudut-sudut Lain Yang Lazim

Kita menghendaki Muslim yang berjihad untuk dirinya, yang berguna kepada manusia, yang menjaga waktunya, yang berdisiplin di dalam segala urusannya dan mampu bekerja untuk keperluan hidupnya.

Ini semua adalah sudut-sudut asas dan mesti ada pada syakhsiah Muslim sebagai agen dakwah supaya dia mampu memainkan peranan yang dituntut darinya menurut bentuk dan rupa yang sahih.

Tidak dapat difikirkan adanya seorang pendukung dakwah yang tampil ke depan untuk kerja-kerja Islam tanpa mempunyai nilai-nilai dan sifat-sifat ini ataupun sebagiannya. Orang yang mengikuti hawa nafsu, tidak berjihad melawan nafsunya, tidak mampu mengawal tindak tanduknya, tidak layak menjadi pendukung dakwah yang menyeru manusia kepada Allah, menyuruh manusia berbuat sesuatu walaupun dia tidak mampu berbuat demikian.

Pendukung dakwah terpaksa melalui berbagai suasana dan situasi yang berubah dan peristiwa-peristiwa yang datang silih berganti. Jadi, dalam mengatasi dan melintasinya memerlukan mujahadah yang banyak, melawan nafsu, dan sanggup menanggung beban dan ujian. Dan pendukung dakwah yang menyeru manusia kepada Allah mesti mampu membawa faedah dan kebaikan kepada manusia dengan senang hati dan murah hati walaupun kebaikan dan jasanya itu dibalas dengan penyiksaan dan bahaya karena demikianlah sikap Rasulullah s.a.w. membawa kebaikan kepada manusia dan sabar menanggung segala ujian dan gangguan dari manusia.

Jadi pendukung dakwah mesti merebut kesempatan membuat kebaikan kepada manusia dan bersegera kepadanya sesuai dengan berbagai cara:

"Mereka itu bersegera untuk mendapat kebaikan-kebaikan dan merekalah orang-orang yang segera memperolehinya." Al Mukminun: 61

Manusia dakwah mesti memelihara waktunya untuk digunakan kepada tiap-tiap kerja yang berfaedah yang bersungguh-sungguh untuk dakwahnya. Tidak ada waktunya yang tersia-sia karena waktu itu adalah kehidupan dan kewajiban lebih banyak dari waktu yang tersedia. Waktu yang telah berlalu tidak mungkin kembali lagi dan kita akan ditanya tentang waktu pada hari kiamat.

Rasulullah s.a.w. telah bersabda:

"Tidak ada hari yang terbit fajarnya kecuali dia memanggil, "Hai anak Adam aku makhluk baru dan di atas amalmu aku menjadi saksi maka ambillah bekalan dariku karena sesungguhnya aku tidak akan kembali lagi sampai hari kiamat."

Kita menghendaki dari saudara Muslim supaya dia berdisiplin dalam setiap urusan di jabatan apa pun, dalam bidang tugasnya, dalam pertimbangannya dan di dalam seluruh urusan hidup karena itulah yang mendorongnya lebih memperbaiki karya dan hasil usahanya di samping memuliakan waktu, usaha dan hartanya dan mendapat natijah (hasil) dengan cara yang baik dari segala tenaga yang telah dugunakannya.

Dan menjadi satu tabiatnya, dia mempunyai satu pekerjaan yang tertentu untuk mencari rezeki yang halal supaya ia tidak menjadi beban kepada manusia, supaya berada di dalam ketenangan dan kemantapan kehidupan yang menolongnya untuk berjaya membawa hasil di bidang dakwah. Supaya dia dapat mendirikan sebuah rumahtangga dan melahirkan generasi yang soleh, keturunan yang baik untuk masyarakat Islam.

TELEKOMUNIKASI KITA DALAM CENGKRAMAN YAHUDI ???

PT Indosat Tbk., sebelumnya bernama PT Indonesian Satellite Corporation Tbk. (Persero).

Saat ini, komposisi kepemilikan saham Indosat adalah: Qatar Telecom (65%), Publik (20,1%), serta Pemerintah Republik Indonesia (14,9%).

Indosat didirikan pada tahun 1967. Pada tahun 1980 Indosat menjadi BUMN yang seluruh sahamnya dimiliki oleh Pemerintah Indonesia.

PT Satelit Palapa Indonesia (Satelindo) didirikan pada tahun 1993 adalah anak perusahaan PT Indosat.

Pada akhir tahun 2002 Pemerintah Indonesia menjual 41,94% saham Indosat ke Singapore Technologies Telemedia Pte. Ltd.

Pada bulan November 2003 Indosat melakukan penggabungan usaha tiga anak perusahaannya (akuisisi) PT Satelindo, PT IM3, dan Bimagraha, sehingga menjadi salah satu operator selular utama di Indonesia.

Pada th.2002 Pemerintah jual Telkomsel kepada Singtel sebesar 3,2T. SingTel dimiliki oleh Temasek.

Akhir th.2002, Pemerintah kembali menjual Indosat kepada STT Dengan harga sangat miring, US$ 627,35 juta. STT juga anak usaha Temasek. Sehingga terjadilah monopoli asing (Temasek) atas perkomunikasian Indonesia.

Direktur Eksekutif Temasek Holdings adalah Simon Israel. Simon adalah satu-satunya penjabat direktur di perusahaan Tamasek yang non-Singapura yang memiliki hubungan dekat dengan Yahudi.

Pada tanggal 1 Maret 2007 STT (Singapore Technologies Telemedia) menjual kepemilikan saham Indosat sebesar 25% ke Qatar Telecom.

Pada 31 Desember 2008, saham Indosat dimiliki oleh Qatar telecom Q.S.C. (Qtel) hingga sebesar 40,81%, sementara Pemerintah Republik Indonesia dan Publik memiliki masing-masing 14,29% dan 44,90%.

Di tahun 2009 Qtel memiliki 65% saham Indosat melalui tender offer. Pemerintah RI hanya 14,9%.

sumber:
http://id.wikipedia.org/wiki/Indosat
http://www.majalahtrust.com/fokus/fokus/1557.php

Produk-produk Indosat:
- Mentari
- IM2
- IM3
- Matrix
- StarOne

Produk-produk Telkomsel :
- simPATI
- kartuHALO
- KartuAs
- Telkomsel Flash


Dan lihatlah bagaimana perubahan logo-logo Indosat & Telkomsel semenjak berpindah ke tangan ke Temasek





LOGO TELKOMSEL

Kisah Akhlak Seorang Muslim

Menjual_Islam_ Dengan_20_ Pence(Poudsterling)

Seorang imam di sebuah mesjid di kota London Inggris bercerita kalau ia
pernah hampir menjual Islam dengan 20 pence (pence adalah bentuk plural dari
penny yaitu pecahan mata uang Pound Sterling), bagaimana ceritanya? ikuti
lengkapnya

Kejadiannya beberapa tahun lalu, waktu itu beliau baru beberapa minggu
berada di kota London dengan status imam di sebuah mesjid. Tiap hari sang
imam senantiasa memakai bus sebagai kendaraan dari tempat ia tinggal menuju
mesjid tsb, mungkin karena jurusan tak heran jika bus yang ia tumpangi
sering berulang dan dengan supir yang sama.

Suatu hari saat menaiki bus seperti biasa beliau membayar tiket bus
tersebut, setelah menerima kembaliannya, ia pun langsung duduk, tak lama
kemudian ia baru sadar kalau uang kembalian yang ia terima 20 pence lebih
banyak dari yang seharusnya, sang imampun berkata dalam hati: "Saya harus
mengembalikan lebihnya, karena ini bukan hak saya", di saat yg sama ia
berpikir: "Lupain ajalah kan cuma 20 pence, berapa seh nilainya kalau
dibandingkan dengan keuntungan yang telah diraut selama ini, perusahaan bus
juga tidak akan rugi gara2 ini, lagian toh juga tidak ada yang tau" gumam
sang imam. "Simpan ajalah, anggap aja rizki dari Tuhan" lanjutnya.

Setelah sampai halte tujuan, sebelum turun ia merogoh saku dan mengembalikan
uang 20 pence tadi kepada supir bus, dan berkata: "Ini pak, tadi
kembaliannya lebih" Sambil tersenyum sang supir menerima uang tersebut dan
berkata: "Bukahkah bapak adalah imam baru di mesjid daerah sini?, sebenarnya
sudah lama saya ingin mendatangi mesjid tersebut untuk bertanya-tanya dan
belajar tentang Islam" aku sang supir. "Tadi sengaja saya lebihkan
kembaliannya untuk melihat tindakan dan reaksi bapak" lanjutnya.

Waktu turun kaki beliau seakan lumpuh dan tidak kuasa berdiri mendengar
ucapan sang supir saking 'agung'nya pengalaman ini, ia hampir saja terjatuh
seandainya tidak berpegangan di salah satu tiang bus, dengan menengadah ke
langit sambil menangis ia berdoa: "Ya Allah, hampir saja saya menjual Islam
dengan harga 20 pence".

Itulah kurang lebih cerita sang Imam tadi. Oleh karena itu, kalau boleh saya
menasehati diri sendiri sebelum orang lain, berusahalah selalu menjadi
tauladan bagi yang lain, jangan sekali-kali menganggap remeh hal yang kecil
di mata kita, karena boleh jadi itu sangat berharga bagi orang lain.

Ikhlas dan jujurlah dalam setiap perbuatan, karena kita tidak tau boleh jadi
orang non Islam menilai Islam dengan menilai tingkah laku kita sebagai
penganutnya. Wallahu A'lam bi ash-Shawab

Kisah-Kisah Keajaiban Perang di Gaza, Palestina (part 1)



Sudah lama Israel “bernafsu” menguasai wilayah ini. Namun, jangankan menguasai, untuk bisa masuk ke dalamnya saja Israel sangat kesulitan.

Sudah banyak cara yang mereka lakukan untuk menundukkan kota kecil ini. Blokade rapat yang membuat rakyat Gaza kesulitan memperoleh bahan makanan, obat-obatan, dan energi, telah dilakukan sejak 2006 hingga kini. Namun, penduduk Gaza tetap bertahan, bahkan perlawanan Gaza atas penjajahan Zionis semakin menguat.

Akhirnya Israel melakukan serangan “habis-habisan” ke wilayah ini sejak 27 Desember 2008 hingga 18 Januari 2009. Mereka”mengguyurkan” ratusan ton bom dan mengerahkan semua kekuatan hingga pasukan cadangannya.

Namun, sekali lagi, negara yang tergolong memiliki militer terkuat di dunia ini harus mundur dari Gaza.


Di atas kertas, kemampuan senjata AK 47, roket anti tank RPG, ranjau, serta beberapa jenis roket buatan lokal yang biasa dipakai para mujahidin Palestina, tidak akan mampu menghadapi pasukan Israel yang didukung tank Merkava yang dikenal terhebat di dunia. Apalagi menghadapi pesawat tempur canggih F-16, heli tempur Apache, serta ribuan ton “bom canggih” buatan Amerika Serikat.

Akan tetapi di sana ada “kekuatan lain” yang membuat para mujahidin mampu membuat “kaum penjajah” itu hengkang dari Gaza dengan muka tertunduk, walau hanya dengan berbekal senjata-senjata “kuno”.

Itulah pertolongan Allah Subhanahu wa Ta’ala yang diberikan kepada para pejuangnya yang taat dan ikhlas. Kisah tentang munculnya “pasukan lain” yang ikut bertempur bersama para mujahidin, semerbak harum jasad para syuhada, serta beberapa peristiwa “aneh” lainnya selama pertempuran, telah beredar di kalangan masyarakat Gaza, ditulis para jurnahs, bahkan disiarkan para khatib Palestina di khutbah-khutbah Jumat mereka.

Berikut ini adalah rangkuman kisah-kisah “ajaib” tersebut dari berbagai sumber untuk kita ingat dan renungkan.

Pasukan "Berseragam Putih" di Gaza

Ada “pasukan lain” membantu para mujahidin Palestina. Pasukan Israel sendiri mengakui adanya pasukan berseragam putih itu.

Suatu hari di penghujung Januari 2009, sebuah rumah milik keluarga Dardunah yang berada di antara Jabal Al Kasyif dan Jabal Ar Rais, tepatnya di jalan Al Qaram, didatangi oleh sekelompok pasukan Israel.

Seluruh anggota keluarga diperintahkan duduk di sebuah ruangan. Salah satu anak laki-laki diinterogasi mengenai ciri-ciri para pejuang al-Qassam.

Saat diinterogasi, sebagaimana ditulis situs Filisthin Al Aan (25/1/2009), mengutip cerita seorang mujahidin al-Qassam, laki-laki itu menjawab dengan jujur bahwa para pejuang al-Qassam mengenakan baju hitam-hitam. Akan tetapi tentara itu malah marah dan memukulnya hingga laki-laki malang itu pingsan.

Selama tiga hari berturut-turut, setiap ditanya, laki-laki itu menjawab bahwa para pejuang al-Qassam memakai seragam hitam. Akhirnya, tentara itu naik pitam dan mengatakan dengan keras, “Wahai pembohong! Mereka itu berseragam putih!”

Cerita lain yang disampaikan penduduk Palestina di situs milik Brigade Izzuddin al-Qassam, Multaqa al-Qasami, juga menyebutkan adanya “pasukan lain” yang tidak dikenal. Awalnya, sebuah ambulan dihentikan oleh sekelompok pasukan Israel. Sopirnya ditanya apakah dia berasal dari kelompok Hamas atau Fatah? Sopir malang itu menjawab, “Saya bukan kelompok mana-mana. Saya cuma sopir ambulan.”

Akan tetapi tentara Israel itu masih bertanya, “Pasukan yang berpakaian putih-putih dibelakangmu tadi, masuk kelompok mana?” Si sopir pun kebingungan, karena ia tidak melihat seorangpun yang berada di belakangnya. “Saya tidak tahu,” jawaban satu-satunya yang ia miliki.

Suara Tak Bersumber

Ada lagi kisah karamah mujahidin yang kali ini disebutkan oleh khatib masjid Izzuddin Al Qassam di wilayah Nashirat Gaza yang telah ditayangkan oleh TV channel Al Quds, yang juga ditulis oleh Dr Aburrahman Al Jamal di situs Al Qassam dengan judul Ayaat Ar Rahman fi Jihad Al Furqan (Ayat-ayat Allah dalam Jihad Al Furqan).

Sang khatib bercerita, seorang pejuang telah menanam sebuah ranjau yang telah disiapkan untuk menyambut pasukan Zionis yang melalui jalan tersebut.

“Saya telah menanam sebuah ranjau. Saya kemudian melihat sebuah helikopter menurunkan sejumlah besar pasukan disertai tank-tank yang beriringan menuju jalan tempat saya menanam ranjau,” kata pejuang tadi.

Akhirnya, sang pejuang memutuskan untuk kembali ke markas karena mengira ranjau itu tidak akan bekerja optimal. Maklum, jumlah musuh amat banyak.

Akan tetapi, sebelum beranjak meninggalkan lokasi, pejuang itu mendengar suara “Utsbut, tsabatkallah” yang maknanya kurang lebih, “tetaplah di tempat maka Allah menguatkanmu.” Ucapan itu ia dengar berulang-ulang sebanyak tiga kali.

“Saya mencari sekeliling untuk mengetahui siapa yang mengatakan hal itu kapada saya. Akan tetapi saya malah terkejut, karena tidak ada seorang pun yang bersama saya,” ucap mujahidin itu, sebagaimana ditirukan sang khatib.

Akhirnya sang mujahid memutuskan untuk tetap berada di lokasi. Ketika sebuah tank melewati ranjau yang tertanam, sesualu yang “ajaib” terjadi. Ranjau itu justru meledak amat dahsyat. Tank yang berada di dekatnya langsung hancur. Banyak serdadu Israel meninggal seketika. Sebagian dari mereka harus diangkut oleh helikopter. “Sedangkan saya sendiri dalam keadaan selamat,” kata mujahid itu lagi, melalui lidah khatib.

Cerita yang disampaikan oleh seorang penulis Mesir, Hisyam Hilali, dalam situs alraesryoon.com, ikut mendukung kisah-kisah sebelumnya. Abu Mujahid, salah seorang pejuang yang melakukan ribath (berjaga) mengatakan,

“Ketika saya mengamati gerakan tank-tank di perbatasan kota, dan tidak ada seorang pun di sekitar, akan tetapi saya mendengar suara orang yang bertasbih dan beritighfar. Saya berkali-kali mencoba untuk memastikan asal suara itu, akhirnya saya memastikan bahwa suara itu tidak keluar kecuali dari bebatuan dan pasir.”

Cerita mengenai “pasukan tidak dikenal” juga datang dari seorang penduduk rumah susun wilayah Tal Islam yang handak mengungsi bersama keluarganya untuk menyelamatkan diri dari serangan Israel.

Di tangga rumah ia melihat beberapa pejuang menangis. “Kenapa kalian menangis?” tanyanya.

“Kami menangis bukan karena khawatir keadaan diri kami atau takut dari musuh. Kami menangis karena bukan kami yang bertempur. Di sana ada kelompok lain yang bertempur memporak-porandakan musuh, dan kami tidak tahu dari mana mereka datang,” jawabnya.

Saksi Serdadu Israel

Cerita tentang “serdadu berseragam putih” tak hanya diungkap oleh mujahidin Palestina atau warga Gaza. Beberapa personel pasukan Israel sendiri menyatakan hal serupa.

Situs al-Qassam memberitakan bahwa TV Channel 10 milik Israel telah menyiarkan seorang anggota pasukan yang ikut serta dalam pertempuran Gaza dan kembali dalam keadaan buta.

“Ketika saya berada di Gaza, seorang tentara berpakaian putih mendatangi saya dan menaburkan pasir di mata saya, hingga saat itu juga saya buta,” kata anggota pasukan ini.

Di tempat lain ada serdadu Israel yang mengatakan mereka pernah berhadapan dengan “hantu”. Mereka tidak diketahui dari mana asalnya, kapan munculnya, dan ke mana menghilangnya.

Masih dari Channel 10, seorang Lentara Israel lainnya mengatakan, “Kami berhadapan dengan pasukan berbaju putih-putih dengan jenggot panjang. Kami tembak dengan senjata, akan tetapi mereka tidak mati.”

Cerita ini menggelitik banyak pemirsa. Mereka bertanya kepada Channel 10, siapa sebenarnya pasukan berseragam putih itu?

Sudah Meledak, Ranjau Masih Utuh

Di saat para mujahidin terjepit, hewan-hewan dan alam tiba-tiba ikut membantu, bahkan menjelma menjadi sesuatu yang menakutkan.

Sebuah kejadian “aneh” terjadi di Gaza Selatan, tepatnya di daerah AI Maghraqah. Saat itu para mujahidin sedang memasang ranjau. Di saat mengulur kabel, tiba-tiba sebuah pesawat mata-mata Israel memergoki mereka. Bom pun langsung jatuh ke lokasi itu.

Untunglah para mujahidin selamat. Namun, kabel pengubung ranjau dan pemicu yang tadi hendak disambung menjadi terputus. Tidak ada kesempatan lagi untuk menyambungnya, karena pesawat masih berputar-putar di atas.

Tak lama kemudian, beberapa tank Israel mendekati lokasi di mana ranjau-ranjau tersebut ditanam. Tak sekadar lewat, tank-tank itu malah berhenti tepat di atas peledak yang sudah tak berfungsi itu.

Apa daya, kaum Mujahidin tak bisa berbuat apa-apa. Kabel ranjau jelas tak mungkin disambung, sementara tank-tank Israel telah berkumpul persis di atas ranjau.

Mereka merasa amat sedih, bahkan ada yang menangis ketika melihat pemandangan itu. Sebagian yang lain berdoa, “allahumma kama lam tumakkinna minhum, allahumma la tumakkin lahum,” yang maknanya, “Ya Allah, sebagaimana engkau tidak memberikan kesempatan kami menghadapi mereka, jadikanlah mereka juga lidak memiliki kesempatan serupa.”

Tiba-tiba, ketika fajar tiba, terjadilah keajaiban. Terdengar ledakan dahsyat persis di lokasi penanaman ranjau yang tadinya tak berfungsi.

Setelah Tentara Israel pergi dengan membawa kerugian akibat ledakan lersebut, para mujahidin segera melihal lokasi ledakan. Sungguh aneh, ternyata seluruh ranjau yang telah mereka tanam itu masih utuh. Dari mana datangnva ledakan? Wallahu a’lam.

Masih dari wilayah Al Maghraqah. Saat pasukan Israel menembakkan artileri ke salah satu rumah, hingga rumah itu terbakar dan api menjalar ke rumah sebelahnya, para mujahidin dihinggapi rasa khawatir jika api itu semakin tak terkendali.

Seorang dari mujahidin itu lalu berdoa,”Wahai Dzat yang merubah api menjadi dingin dan tidak membahayakan untuk Ibrahim, padamkanlah api itu dengan kekuatan-Mu.”

Maka, tidak lebih dari tiga menit, api pun padam. Para niujahidin menangis terharu karena mereka merasa Allah Subhanuhu wa Ta’ala (SWT) telah memberi pertolongan dengan terkabulnya doa mereka dengan segera.

bersambung..

Pengendalian Hawa Nafsu

Cinta kita kepada Allah SWT dan keyakinan bahwa kehidupan di dunia ini suatu saat akan berakhir dan di akhirat nanti masing-masing kita harus mempertanggungjawabkan setiap detik perjalanan hidup di dunia, memiliki andil yang sangat besar dalam mengendalikan kecenderungan hawa nafsu.

Suatu saat terjadi dialog antara Rasulullah SAW dengan Hudzaifah Ra. Rasulullah Saw bertanya kepada Hudzaifah. Ya Hudzaifah, bagaimana keadaanmu saat ini? Jawab Hudzaifah: “Saat ini saya sudah benar-benar beriman, ya Rasulullah”. Rasul kemudian mengatakan, “Setiap kebenaran itu ada hakikatnya, maka apa hakikat keimananmu, wahai Hudzaifah?” Jawab Hudzaifah: Ada "dua", ya Rasulullah. Pertama, saya sudah hilangkan unsur dunia dari kehidupan saya, sehingga bagi saya debu dan mas itu sama saja. Dalam pengertian, saya akan cari kenikmatan dunia, lantas andaikata saya dapatkan maka saya akan menikmatinya dan bersyukur kepada Allah SWT. Tapi, kalau suatu saat kenikmatan dunia itu hilang dari tangan saya, maka saya tinggal bersabar sebab dunia bukanlah tujuan. Bila ia datang maka Alhamdulillah, dan bila ia pergi maka, Innalillaahi wa inna ilaihi raji'un. Yang kedua, Hudzaifah mengatakan, “setiap saya ingin melakukan sesuatu, saya bayangkan seakan-akan surga dan neraka itu ada di depan saya. Lantas saya bayangkan bagaimana ahli surga itu me-nikmati kenikmatan surga, dan sebaliknya bagaimana pula ahli neraka itu merasakan azab neraka jahanam. Sehingga terdoronglah saya untuk melakukan yang diperintahkan dan meninggalkan yang dilarang-Nya”.

Mendengar jawaban Hudzaifah ini, Rasul langsung saja memeluk Hudzaifah dan menepuk punggungnya sambil berkata, "pegang erat-erat prinsip keimananmu itu, ya Hudzaifah, kamu pasti akan selamat dunia akhirat". Bila kita cermati dialog tersebut, paling tidak, ada "dua" hikmah yang bisa kita petik. Pertama, iman kepada Allah, dengan mencintai Allah itu di atas cinta kepada selain Allah. Dan yang kedua, selalu membayangkan akibat dari setiap perbuatan yang dilakukan di dunia bagi kehidupan yang abadi di akhirat nanti.

Di dalam beberapa ayat, Allah SWT menjelaskan tentang sifat-sifat orang-orang yang muttaqin, mereka di antaranya adalah yang meyakini akan adanya kehidupan akhirat. Orang yang beriman akan adanya kehidupan akhirat, akan membuat dia mampu mengendalikan kecenderungan hawa nafsunya. Sebaliknya, orang-orang yang tidak meyakini akan adanya kehidupan akhirat, "Mereka tidak pernah takut dengan hisab Kami, dan mereka telah mendustai ayat-ayat Allah dengan dusta yang nyata." (An Naba', 78 : 27-28)

Di dalam Alquran, Allah SWT mengisahkan dialog sesama Muslim di akhirat yakni antara Muslim yang ahli surga dengan Muslim berdosa yang masuk dalam neraka jahanam. Muslim yang langsung masuk surga bertanya kepada Muslim berdosa yang masuk ke dalam neraka. “Apa yang menyebabkan kamu masuk ke dalam neraka ? Mereka menjawab: “Kami dahulu tidak termasuk orang-orang yang mengerjakan shalat, dan kami tidak (pula) memberi makan orang miskin, dan adalah kami mendustakan hari pembalasan hingga datang kepada kami kematian.” (Al Muddatstsir, 74 : 42-46)

Menurut Alquran, kebanyakan orang-orang yang kufur adalah mereka yang akhir hidupnya penuh dengan kemaksiatan. Ini terjadi karena mereka tidak mengimani bahwa kehidupan mereka akan berakhir di alam akhirat dan mereka harus mempertanggungjawabkan seluruh aspek kehidupan mereka selama di dunia. Demikian pula, Allah SWT mengisahkan kesombongan Fir'aun dan orang-orang yang menyembahnya, "Sombonglah Fir'aun itu dengan seluruh pengikutnya di muka bumi tentu dengan alasan yang tidak benar. Dan mereka mengira, bahwa mereka tidak akan pernah kembali kepada Kami." (Al Qashash, 28 : 39)

Kesombongan Fir'aun berakhir saat sakaratul maut. Saat dia menyadari bahwa dia harus mempertanggungjawabkan semua perbuatannya. Ketika rombongan malaikat yang bengis-bengis itu mendatanginya saat dia sedang berada di tengah laut, yang dikisahkan para malaikat itu langsung memukul wajah dan punggung mereka. Allah SWT berfirman: “..Alangkah dahsyatnya sekiranya kamu melihat pada waktu orang-orang zalim (berada) dalam tekanan-tekanan sakaratul maut, sedang para malaikat memukul dengan tangannya, (sambil berkata): “Keluarkanlah nyawamu”. Pada hari ini kamu dibalas dengan siksaan yang sangat menghinakan, karena kamu selalu mengatakan terhadap Allah (perkataan) yang tidak benar dan (karena) kamu selalu menyombongkan diri terhadap ayat-ayat-Nya.” (Al An'aam, 6 : 93)

Pada saat sakaratul maut itu, Fir'aun menyatakan: “Sekarang saya benar-benar beriman dengan Tuhannya Nabi Musa dan Harun”. Namun saat sakaratul maut pintu taubat sudah ditutup. Karena sudah tidak ada lagi ujian keimanan, sebab yang ghaib termasuk alam dan makhluk ghaib sudah terlihat nyata. Allah SWT berfirman: “Sesungguhnya kamu berada dalam keadaan lalai dari (hal) ini, maka Kami singkapkan daripadamu tutup (yang menutupi) matamu, maka penglihatanmu pada hari itu amat tajam.” (Qaaf, 50 : 22)

Orang yang beriman kepada Allah dan beriman kepada hari pembalasan/akhirat, yang diharapkan dapat mengendalikan kecenderungan hawa nafsunya untuk hanya mencintai yang dicintai Allah dan membenci yang dibenci Allah, yang hanya mencintai sesuatu di dunia jika yang dicintainya itu dicintai Allah SWT.

Dalam sebuah hadis dikisahkan, suatu ketika pada siang hari, Sayidana Umar ra. berkunjung ke rumah Rasulullah SAW di mana saat itu Rasul sedang tidut beristirahat, dengan dada telanjang. Ketika beliau bangun tampaklah pada punggungnya garis-garis merah karena kasarnya alas tidur beliau yang dibuat dari pelepah kurma. Melihat pemandangan ini, Sayidina Umar menangis. Beliau yang terkenal keras saat itu luluh hatinya ketika melihat Rasulullah dalam kondisi seperti itu. Rasul bertanya: “Apa yang membuat kamu menangis wahai Sayidina Umar ? “Umar berkata:” saya malu ya Rasulullah, engkau adalah pemimpin kami, engkau adalah Rasul Allah, manusia pilihan, manusia yang dimuliakan-Nya. Engkau adalah pemimpin ummat, namun engkau tidur di atas alas yang kasar seperti ini, sementara kami yang engkau pimpin tidur di atas alas yang empuk. Saya malu ya Rasusulullah, selayaknya engkau mengambil alas tidur yang lebih dari ini”. Rasul menjawab: “Apa urusan saya dengan dunia ini? Tidak ada! Urusan diri saya dengan dunia ini kecuali seperti orang yang sedang mengembara dalam musim panas menempuh sebuah perjalanan yang cukup panjang, lalu sekejap mencoba bernaung di bawah sebuah pohon yang rindang untuk sekejap melepas lelah. Setelah itu dia pun kemudian pergi meninggalkan tempat peristirahatannya”. Kata Rasul: haruskah saya korbankan kehidupan yang abadi hanya untuk bernaung sejenak menikmati itu? (HR. Ahmad, Ibnu Habban, Baihaqi)

Selain kisah di atas, ada kisah lain yang layak kita renungkan di mana suatu ketika Khalifah Umar kedatangan putranya, Abdullah, yang meminta dibelikan baju baru. Secara spontan saja Sayidina Umar langsung marah sambil mengatakan: “Apakah karena kamu seorang anak Amirul Mu’minin lantas kamu ingin bajumu selalu lebih baik dari anak-anak yang lain ? Jawab Abdullah: Tidak! Saya khawatir malah kondisi saya ini akan menjadi fitnah, menjadi bahan cemoohan orang lain di mana anak Amirul mu’minin pakaiannya tidak pernah ganti-ganti, sebab dia hanya memiliki dua baju, di mana bila yang satu dipakai maka yang satu dicuci dan seterusnya. Sayidina Umar berkata: “Baiklah Nak, saya ingin belikan kamu baju baru hanya saja ayah saat ini tidak punya uang. Untuk itu kamu saya utus menemui “Khoolin Baitul Maal’ (bendahara negara), sampaikan kepada beliau salam dari ayah dan katakan pula bahwa ayah bermaksud mengambil gajinya bulan depan untuk membelikan kamu baju baru. Abdullah langsung menemui bendaharawan negara dengan mengatakan: “Ada salam dari ayah. Dan, ayah minta supaya gaji bulan depan bisa diserahkan saat ini untuk membelikan saya baju baru”. Bendaharawan tersebut mengatakan: “Nak, sampaikan kembali salamku kepada ayahmu, dan katakan bahwa aku tidak bersedia mengeluarkan uang itu”. Tanyakan kepada ayahmu, apakah ayahmu yakin sampai bulan depan beliau masih menjabat Amirul Mu’minin, sehingga berani mengambil uang gajinya bulan depan sekarang ? Andaikata dia yakin sampai bulan depan dia masih Amirul Mu’inin, yakinkah sampai besok dia masih hidup, bagaimana kalau besok ia meninggal dunia padahal gajinya bulan depan sudah dikeluarkan. Mendengar jawaban bendahara negara yang demikian itu, pulanglah Abudullah segera menemui ayahnya sambil menyampaikan pesan dari bendaharawan tersebut.

Mendengar penuturan anaknya, Umar langsung menggandeng tangan anaknya sambil mengatakan, antarkan saya menemui bendaharawan tadi. Begitu sampai di hadapan bendaharawan tersebut, Sayidina Umar langsung memeluknya, sambil mengatakan, terima kasih, saudara telah mengingatkan saya terhadap satu keputusan yang nyaris saja salah. Demikianlah kisah Sayidina Umar dan masih banyak lagi kisah lain dari perjalanan hidup para sahabat yang patut kita teladani untuk menghadapi dinamika kehidupan yang terus berkembang mengikuti perputaran zaman.

Allah SWT telah mengingatkan tentang bahayanya manusia-manusia yang menjadikan dunia ini sebagai tujuan hidupnya, “Maka sesungguhnya nerakalah tempat tinggalnya.” (An Naazi’aat, 79 : 39) “Maka berpalinglah (hai Muhammad) dari orang yang berpaling dari peringatan Kami dan tidak mengingini kecuali kehidupan duniawi. Itulah sejauh-jauh pengetahuan mereka. Sesungguhnya Tuhanmu, Dia-lah yang paling mengetahui siapa yang tersesat dari jalan-Nyadan Dia pulalah yang paling mengetahui siapa yang mendapat petunjuk” (An Najm, 53 : 29-30)

Akhlak yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW dan para sahabat yang sedemikian mulianya bisa terwujud tiada lain karena adanya benteng keimanan yang sangat kuat dan kokoh. Semoga kita bisa meneladani apa yang menjadi perilaku Rasul dan para sahabatnya. Amin!

Wallahu a’lam bish-shawab

sumber : http://www.republika.co.id/berita/ensiklopedia-islam/dakwah/09/10/23/84360-pengendalian-hawa-nafsu

EGOISME (dalam pandangan Islam)



Disadari atau tidak, bahwa egoisme manusia sangatlah terkait dengan keimanannya. Egoisme atau kecintaan manusia terhadap dirinya, tidak jarang dapat menguasai kepribadian seseorang. Bahkan mungkin sering kita lihat dalam kehidupan, betapa manusia asyik berjuang memenangkan ego masing-masing.

Egoisme dipastikan akan memunculkan persaingan yang pada gilirannya akan memunculkan saling berselisih antara satu dengan lainnya di dalam memenuhi kepentingan yang menjadi ego masing-masing. Bahkan tidak jarang, dalam upaya persaingan dalam memenuhi ego memanfaatkan sebagian orang dengan menghalalkan segala macam cara, baik dalam bentuk kolusi, korupsi, nepotisme, pencurian, perampokan, dan lain sebagainya.

Sudah sejak awal Allah SWT memperingatkan kepada kita apa yang telah terjadi pada manusia pertama, Adam. Kisah Adam dan Hawa, mengantarkan kita ke dalam keyakinan bahwa tidak mungkin kita meragukan keimanan Adam dan Hawa. Bagaimana mungkin kita bisa meragukan keimanan keduanya, karena mereka berdua langsung berjumpa dan berdialog dengan Allah.

Pertanyaan yang muncul kemudian, kenapa keimanan Adam dan Hawa harus gugur dengan mengikuti godaan Iblis untuk melanggar satu aturan Allah, yaitu memakan buah Khuldi. Bila saja kita simak secara seksama, ternyata kalahnya keimanan Adam dan Hawa ini setelah Iblis berhasil mengetahui titik lemah manusia yang lalu Iblis bisikkan pikiran jahatnya dengan menyatakan, "Hai Adam, maukah kamu saya tunjukkan sebuah pohon Khuldi dan kerajaan yang tidak akan binasa" (Thaahaa, 20 : 120).
Pada satu sisi Allah mengingatkan kepada Adam dan Hawa, sekaligus menekankan bahwa keduanya dilarang memakan buah tersebut, bahkan jangankan untuk memakannya, mendekatinya pun dilarang. Allah SWT berfirman: “Janganlah kamu dekati pohon ini, nanti kamu termasuk orang-orang yang zalim’ (Al Baqarah, 2:35).
Sementara Iblis menyatakan, maukah kamu aku “tunjukkan” sebuah pohon. Pohon yang hakikatnya Allah SWT nyatakan kepada Adam dan Hawa agar mereka berdua tidak mendekatinya, apalagi memakan buahnya.

Ini yang sebenarnya harus menjadi “Tazkirah” (peringatan), di satu sisi Allah melarang, tapi di sisi yang lain Iblis malah berusaha “menunjukkan” pohon itu. Masalahnya kemudian mengapa keimanan Adam dan Hawa tiba-tiba menjadi lemah untuk kemudian keduanya melanggar aturan Allah dengan memakan buah terlarang tersebut?
Di sinilah titik lemah manusia yang kemudian diketahui Iblis, di mana Iblis menyatakan, maukah saya tunjukkan kamu sebuah pohon yang kalau kamu makan buahnya maka kamu akan mendapatkan "dua" perkara. Yang pertama, “Khuld”(kekal). Yang kedua, mendapatkan kerajaan atau kekayaan yang berlimpah ruah.
Dengan kata lain Iblis berusaha memperdaya Adam dan Hawa dengan meyakinkan mereka berdua, bahwasanya Allah melarang memakan buah itu tidak lain karena Allah takut tersaingi, jika karena kalian memakan buah tersebut maka kalian akan sama-sama kekal dan sama akan punya kekuasaan. Dua hal inilah, yakni mengharapkan “Kekekalan” kekuasaan dan harta yang berlimpah ruah yang telah mengantarkan runtuhnya keimanan Adam dan Hawa, keimanan dua insan yang langsung berjumpa dan berdialog dengan Allah SWT.

Satu pelajaran yang luar biasa sangat berharga bagi kita anak cucu Adam, bahwa kalau kita lihat keberhasilan Iblis menyesatkan manusia terbanyak dari dua sisi ini. Yakni dari sisi kekuasaan dan ingin hidup kekal lalu berusaha untuk bisa melanggengkan kekuasaan dan lain sebagainya. Kekal tidak hanya dari segi umur, tetapi dari sisi jabatan, kedudukan, dan lain sebagainya. Dari sisi inilah peluang Iblis untuk menggoda dan menyesatkan manusia.

Allah SWT mengingatkan, hanya keimananlah sebenarnya yang bisa mengendalikan kecenderungan tersebut. Dalam Islam seseorang tidak diperintahkan untuk mematikan kecenderungan hawa nafsunya sepanjang dalam memenuhinya masih dalam aturan yang benar menurut Allah SWT.
Tidak salah kalau seseorang ingin kaya, punya ambisi kedudukan, jabatan dan lain-lain sepanjang bisa ditempuh dengan jalan yang diridhai-Nya. Yang tidak dimungkinkan dalam Islam adalah, bila dalam memenuhi keinginannya ia tempuh dengan menghalalkan segala macam cara dengan melanggar aturan dan hukum-Nya.

Ada sebuah kisah yang diriwayatkan oleh Ummu Salmah, istri Rasulullah SAW, tentang bagaimana keimanan itu bisa mengendalikan ego seseorang. Dikisahkan ada dua orang laki-laki, mereka bertengkar memperebutkan harta waris, masing-masing tidak memiliki bukti kepemilikan harta yang diperebutkan itu. Lantas keduanya menghadap Rasulullah SAW untuk meminta keputusan Beliau.
Rasulullah SAW kepada mereka berdua menyatakan: Saya ini hanyalah seorang manusia, sementara kalian mencoba meminta penyelesaian proses hukum ini kepada saya, padahal boleh jadi seseorang di antara kalian akan mampu dengan dalil-dalil dan pendekatannya meyakinkan kepada saya bahwa dialah yang paling benar, sehingga saya bisa memutuskan bahwa itu milik dia, padahal itu belum tentu benar. Kalau itu yang terjadi maka berarti saya telah memberikan kepada dia peluang untuk menyiapkan bara api neraka jahnnam sepenuh perut dia. "Mereka yang memakan harta anak yatim dengan cara yang zalim maka sama dengan dia telah menyiapkan bara api sepenuh perutnya" (An Nissa', 4 : 10).
Mendengar pernyataan Rasulullah SAW ini, maka kedua laki-laki tadi kemudian masing-masing mengatakan kepada yang lain, kalau memang itu adalah hak saya, maka saya ikhlas untukmu, silakan ambil. Yang satu seperti itu yang lain pun demikian. Akhirnya mereka sama-sama tidak mau mengambil haknya. (HR. Sunan Abu Daud).

Seperti inilah jika keimanan yang menjadi pijakan hidup seseorang. Ada kisah lain yang serupa yang diriwayatkan oleh Imam Muslim, Nabi SAW pernah mengisahkan kepada para sahabat tentang dua orang mu'min yang satu menjual tanah kepada yang lain. Usai proses pembelian, si pembeli kembali lagi dengan membawa satu kotak peti berisi emas dengan mengatakan; Setelah saya membeli tanah kebetulan saya menggali tanah itu kutemukan satu kotak peti berisi Emas. Karena saya hanya membeli dan membayar harga tanah, berarti tidak termasuk emas yang ada di dalam peti ini. Maka dari itu saya kembalikan kotak peti berisi emas ini.

Si penjual tanah tidak mau menerima dengan mengatakan, saya sudah menjual tanah dengan segala yang ada di dalamnya. Akhirnya, keduanya sepakat untuk menemui seseorang untuk meminta keputusan. Maka berkatalah orang yang dipercayakan oleh kedua orang itu, adakah kalian berdua punya anak ? Yang satu menyatakan, saya punya anak laki-laki. Yang satunya lagi, saya punya anak perem-puan. Lebih lanjut, seseorang yang dipercaya itu mengatakan, kalau begitu nikahkan saja anak kalian berdua dan emas itu untuk modal anak kalian berdua. Maka barulah keduanya sepakat.
Alangkah luar biasa dampak keimanan dalam mengendalikan egoisme manusia. Dan alangkah indahnya hidup dan kehidupan ini jika masing-masing manusia memiliki keimanan yang kuat sehingga dia mampu mengendalikan kecenderungan “ego” yang ada dalam dirinya sekaligus mementahkan bisikan Iblis yang menyesatkan.

Wallahu a’lam bish-shawab

The Power of Da'wa (kekuatan dakwah)

Dakwah

Dakwah adalah kegiatan yang bersifat menyeru, mengajak dan memanggil orang untuk beriman dan taat kepada Allah Subhaanahu wa ta'ala sesuai dengan garis aqidah, syari'at dan akhlak Islam. Kata dakwah merupakan masdar (kata benda) dari kata kerja da'a yad'u yang berarti panggilan, seruan atau ajakan.

Kata dakwah sering dirangkaikan dengan kata "Ilmu" dan kata "Islam", sehingga menjadi "Ilmu dakwah" dan Ilmu Islam" atau ad-dakwah al-Islamiyah.

Ilmu Dakwah

Ilmu dakwah adalah suatu ilmu yang berisi cara-cara dan tuntunan untuk menarik perhatian orang lain supaya menganut, mengikuti, menyetujui atau melaksanakan suatu ideologi, agama, pendapat atau pekerjaan tertentu. Orang yang menyampaikan dakwah disebut "Da'i" sedangkan yang menjadi obyek dakwah disebut "Mad'u". Setiap Muslim yang menjalankan fungsi dakwah Islam adalah "Da'i"


Tujuan utama dakwah

Tujuan utama dakwah ialah mewujudkan kebahagiaan dan kesejahteraan hidup di dunia dan di akhirat yang diridai oleh Allah. Nabi Muhammad SAW mencontohkan dakwah kepada umatnya dengan berbagai cara melalui lisan, tulisan dan perbuatan. Dimulai dari istrinya, keluarganya, dan teman-teman karibnya hingga raja-raja yang berkuasa pada saat itu. Di antara raja-raja yang mendapat surat atau risalah Nabi SAW adalah kaisar Heraklius dari Byzantium, Mukaukis dari Mesir, Kisra dari Persia (Iran) dan Raja Najasyi dari Habasyah (Ethiopia).

Fiqhud-dakwah

Ilmu yang memahami aspek hukum dan tatacara yang berkaitan dengan dakwah, sehingga para muballigh bukan saja paham tentang kebenaran Islam akan tetapi mereka juga didukung oleh kemampuan yang baik dalam menyampaikan Risalah al Islamiyah.

Dakwah Fardiah

Dakwah Fardiah merupakan metode dakwah yang dilakukan seseorang kepada orang lain (satu orang) atau kepada beberapa orang dalam jumlah yang kecil dan terbatas. Biasanya dakwah fardiah terjadi tanpa persiapan yang matang dan tersusun secara tertib. Termasuk kategori dakwah seperti ini adalah menasihati teman sekerja, teguran, anjuran memberi contoh. Termasuk dalam hal ini pada saat mengunjungi orang sakit, pada waktu ada acara tahniah (ucapan selamat), dan pada waktu upacara kelahiran (tasmiyah).

[Dakwah Ammah

Dakwah Ammah merupakan jenis dakwah yang dilakukan oleh seseorang dengan media lisan yang ditujukan kepada orang banyak dengan maksud menanamkan pengaruh kepada mereka. Media yang dipakai biasanya berbentuk khotbah (pidato).

Dakwah Ammah ini kalau ditinjau dari segi subyeknya, ada yang dilakukan oleh perorangan dan ada yang dilakukan oleh organisasi tertentu yang berkecimpung dalam soal-doal dakwah.

Dakwah bil-Lisan

Dakwah jenis ini adalah penyampaian informasi atau pesan dakwah melalui lisan (ceramah atau komunikasi langsung antara subyek dan obyek dakwah). dakwah jenis ini akan menjadi efektif bila: disampaikan berkaitan dengan hari ibadah seperti khutbah Jumat atau khutbah hari Raya, kajian yang disampaikan menyangkut ibadah praktis, konteks sajian terprogram, disampaikan dengan metode dialog dengan hadirin.

Dakwah bil-Haal

Dakwah bil al-Hal adalah dakwah yang mengedepankan perbuatan nyata. Hal ini dimaksudkan agar si penerima dakwah (al-Mad'ulah) mengikuti jejak dan hal ikhwal si Da'i (juru dakwah). Dakwah jenis ini mempunyai pengaruh yang besar pada diri penerima dakwah.

Pada saat pertama kali Rasulullah Saw tiba di kota Madinah, beliau mencontohkan Dakwah bil-Haal ini dengan mendirikan Masjid Quba, dan mempersatukan kaum Anshor dan kaum Muhajirin dalam ikatan ukhuwah Islamiyah.

Dakwah bit-Tadwin

Memasuki zaman global seperti saat sekarang ini, pola dakwah bit at-Tadwin (dakwah melalui tulisan) baik dengan menerbitkan kitab-kitab, buku, majalah, internet, koran, dan tulisan-tulisan yang mengandung pesan dakwah sangat penting dan efektif.

Keuntungan lain dari dakwah model ini tidak menjadi musnah meskipun sang dai, atau penulisnya sudah wafat. Menyangkut dakwah bit-Tadwim ini Rasulullah saw bersabda, "Sesungguhnya tinta para ulama adalah lebih baik dari darahnya para syuhada".

Dakwah bil Hikmah

Dakwah bil Hikmah Yakni menyampaikan dakwah dengan cara yang arif bijaksana, yaitu melakukan pendekatan sedemikian rupa sehingga pihak obyek dakwah mampu melaksanakan dakwah atas kemauannya sendiri, tidak merasa ada paksaan, tekanan maupun konflik. Dengan kata lain dakwah bi al-hikmah merupakan suatu metode pendekatan komunikasi dakwah yang dilakukan atas dasar persuasif.

Dalam kitab al-Hikmah fi al dakwah Ilallah ta'ala oleh Said bin Ali bin wahif al-Qathani diuraikan lebih jelas tentang pengertian al-Hikmah, antara lain:

Menurut bahasa:

  • adil, ilmu, sabar, kenabian, Al-Qur'an dan Injil
  • memperbaiki (membuat manjadi lebih baik atau pas) dan terhindar dari kerusakan
  • ungkapan untuk mengetahui sesuatu yang utama dengan ilmu yang utama
  • obyek kebenaran(al-haq) yang didapat melalui ilmu dan akal
  • pengetahuan atau ma'rifat.

Menurut istilah Syar'i:

  • valid dalam perkataan dan perbuatan, mengetahui yang benar dan mengamalkannya, wara' dalam Dinullah, meletakkan sesuatu pada tempatnya dan menjawab dengan tegas dan tepat.


Kekuatan Dakwah Para Sahabat Nabi Muhammad saw

Bayangkan betapa efektifnya hati para Sahabat. Mereka berkelana ke seluruh dunia dan mampu menarik orang-orang untuk masuk Islam walaupun tidak fasih dalam berbagai bahasa. Seorang sahabat dapat mengadakan perubahan bagi suatu bangsa.

Bayangkan kehidupan Abu Ayyub al-Ansari RA. Beliau pindah ke Turki, tanpa mengetahui apa-apa mengenai Turki. Beliau tinggal sampai akhir hayatnya di sana dan dikenal sebagai Tokoh Islam di Turki.

Sahabat lainnya membawa Islam ke Spanyol.

Kita harus bertanya kepada diri kita sendiri, apa rahasia yang diberikan Allah SWT ke dalam hati mereka? Mengapa para ulama sekarang tidak mempunyai kekuatan semacam itu? Rasulullah Muhammad SAW membawa kekuatan itu untuk seluruh umat.

Di abad ketiga dan keempat, yang merupakan era Sahabat dan Tabi’iin (penerus), umat Islam sanggup memberi kontribusi terhadap perubahan yang berlangsung secara dinamis. Jika kita tidak bisa berbuat serupa, pasti ada sesuatu yang salah dengan kita sekarang ini.

Kini negara-negara Muslim mempunyai milyaran dollar dari minyak. Mereka mencetak buku-buku dalam jumlah yang sangat banyak tetapi hanya sedikit orang yang bisa dikonversi ke dalam Islam. Ada sekitar 1.2 milyar Muslim di seluruh dunia, dan jumlahnya hanya bertambah sedikit setiap harinya. Peningkatannya itu dapat diabaikan, ibarat langkah seekor semut.

Ketika Anas bin Malik RA, salah seorang Sahabat Rasulullah SAW mendekati ajalnya, beliau bertanya kepada sahabat-sahabatnya, “Maukah kalian mendengar hadis yang belum pernah didengar oleh orang lain, dan jika Aku meninggal, maka tak seorang pun yang mendengarnya?”

Mereka menjawab, “Ya.”

Beliau mengatakan bahwa, “Rasulullah SAW berkata kepada para Sahabatnya, ‘Di Hari Kiamat, ilmu akan dicabut--yurfa’u al-ilm—dan kebodohan akan meningkat.’

Para Sahabat bertanya, ‘Bagaimana ilmu akan diambil?’

Rasulullah SAW menjawab, ‘Dengan wafatnya para ulama.’”

Renungkan! Ada 124.000 Sahabat yang duduk bersama Rasulullah SAW dan mempelajari kebiasaan beliau, tetapi hanya ada 10 atau 15 orang yang memenuhi persyaratan untuk memberikan fatwa. Saya menyarankan kalian untuk membuka buku sejarah.

Setelah masa Sahabat, para Tabi’iin dan Tabi’ tabi’iin tidak membuat peraturan-peraturan baru, tetapi hanya menggunakan peraturan Islam sebelumnya. Hanya beberapa ratus ulama yang mampu mengeluarkan fatwa. Mereka sangat teliti dan takut untuk membuat kesalahan.

Kontras sekali dengan sekarang, tampaknya semua orang memberikan fatwa. Kita mengatakan ‘Inilah apa yang Saya pahami dan begitulah mekanisme kerjanya.’ Jadi sekarang orang-orang bagaikan ulama yang mengeluarkan fatwa. Setiap orang juga suka meniru kebebasan ala barat. Muslim mencoba membuat keputusan dengan cara Barat. Ini adalah jahil—suatu bentuk kemunafikan.

Di sekolah, anak-anak bisa mengambil kursus teknik, atau kursus medis dan sebagainya, tetapi mereka tidak dapat mempelajari korupsi. Sekarang sebagai tambahan terhadap pengetahuan teknis yang kita pelajari untuk hidup kita, generasi muda juga mempelajari ide-ide yang berbeda di sekolahnya—yang tidak berhubungan dengan pelajaran mereka. Inilah yang dimaksud dengan meningkatnya kelalaian. Di masa lalu orang hanya tertarik untuk pulang ke rumah setelah dia bekerja, untuk merawat anaknya dengan cara yang terbaik.

Dan hadis itu berlanjut, ‘wa yashrab al-khamr’--dan mereka akan minum anggur. Saya melihat banyak orang Muslim yang melakukan shalat tetapi juga masih minum alkohol. Beberapa Muslim hanya berhubungan dengan Islam atau masjid pada peristiwa pernikahan atau kematian. Ini adalah situasi yang umum di negara-negara Muslim di Timur Tengah dan Asia.

Kemudian, “perzinaan semakin menyebar luas.” Perzinaan berlangsung di mana-mana dan sudah menjadi kebiasaan. Anak-anak muda baik pria maupun wanita yang berpakaian bagus atau mengendarai mobil mewah, menemukan kesempatan untuk berzina dengan mudah.

Hadis yang diriwayatkan oleh Sayyidina Anas RA berlanjut, “pria akan meninggal.” Perlu dicatat bahwa hal ini terjadi tepat setelah perzinaan. Hal ini menunjukkan bahwa pria akan mati dalam perang atau karena penyakit.

Saya mengetahui ada beberapa orang yang akan meninggalkan negara Muslim selama bulan Ramadan untuk menghindari puasa. Saya melihat hal ini. Mereka melancong ke berbagai tempat di Eropa agar terhindar dari masyarakatnya. Di sana mereka merasa bebas untuk pergi ke mana saja, incognito, dan melakukan apa yang mereka suka.

Oleh sebab itu Allah SWT menciptakan suatu penyakit yang kebanyakan diderita kaum pria. Prostitusi adalah penyebab langsungnya, tetapi prialah yang lebih banyak menderita dari penyakitnya. Mereka juga meneruskan penyakitnya kepada anak-anak dan anak cucunya.

Hadis itu berlanjut dengan, “wa yabqa an-nisa”—“wanita akan tinggal sedangkan pria meninggal.” Akhirnya bakal ada 50 wanita untuk setiap pria. Sekarang kita telah melihat bahwa jumlah pria semakin berkurang. Statistik memperlihatkan bahwa presentasi tinggi meninggalnya pria terjadi selama Perang Dunia II, khususnya di Jerman.

Rasulullah SAW telah menyebutkan penyakit ini 1400 tahun yang lalu dan sekarang menjadi kenyataan. Allah SWT memberi Rasulullah SAW suatu kemampuan yang luar biasa yang disebut ‘ulum al-awwaliin wal-aakhiriin—pengetahuan tentang hal-hal yang pertama dan terakhir.

Rasulullah SAW bersabda, “Enam peristiwa yang bakal mendahului Hari Kiamat adalah: kematianku, munculnya berbagai penyakit [dan empat peristiwa lainnya].” Beliau melukiskan kematian akibat suatu penyakit dengan ‘okaas al-ghanam’. ‘Okaas’ adalah suatu penyakit yang melanda biri-biri, kambing atau hewan ternak lainnya. Saliva dan mukosa mengalir secara berlebihan melalui lubang hidung dan mulut hewan dan jika tidak disembelih dia akan mengalami kematian yang mengenaskan.

Kita telah menyaksikannya di Eropa belum lama ini. Jutaan biri-biri tewas dan jutaan lainnya disembelih untuk menghindari penyebaran penyakitnya. Bagaimana mungkin Rasulullah SAW bisa melihat hal ini sebelumnya?

Dalam hadis lain disebutkan bahwa salah satu tanda Hari Kiamat adalah tasliim al-khassa—orang-orang memberi salam hanya kepada orang yang mereka kenal. Mengucapkan “assalamu alaykum” “salam sejahtera bagimu”—kepada setiap Muslim, baik yang dikenal maupun tidak, pria maupun wanita adalah sunnah. Namun demikian dewasa ini, Muslim hanya memberi salam kepada teman-teman terdekatnya.

Skenario yang berlaku untuk Muslim di negara-negara barat adalah, “Jika Aku tidak mengenalmu, Aku tidak akan memberi salam.” Mungkin ini disebabkan karena Saya tidak mengenalimu sebagai Muslim.

Di negara-negara Muslim, banyak orang yang beragama Islam, tetapi tetap saja kita tidak memberi salam. Hal ini dikarenakan tidak adanya kehangatan di antara kita—yang ada hanya es. Mengapa?

Karena hubungan kita tidak lagi berdasarkan Hubungan Ilahiah, tetapi hanya berlandaskan minat, hubungan duniawi.

Semoga Allah SWT membimbing kita ke jalan yang benar, dan menjadikan kita sebagai hamba-Nya yang bertaqwa.

sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Dakwah
http://abuumar.multiply.com/journal/item/168/Kekuatan_Dakwah_Para_Sahabat_Nabi_Muhammad_saw

Pembukaan !! (bukan UUD loh)

ini adalah blog saya...
mgkn ini bukan blog pertama saya karena saya telah membuat blog sejak saya kira-kira waktu itu kelas 2 SMA, sekarang saya mahasiswa semester 2..
akan tetapi blog saya yg lama entah kenapa saya lupa akan password nya..cukup sedih si tp ya gapaplah lagipula wktu itu saya belum terlalu banyak posting..nah inilah blog saya yg terbaru bukan semata-mata niat sendiri buat ngebuat blog baru tapi atas dorongan hmm lebih tepatnya disuruh dosen aplikom saya untuk membuat blog..hehe
karena saya lebih tertarik atau lebih suka membaca dibanding dengan menulis, yaa seperti menulis blog ini..tapi saya akan mencoba mengembangkan blog ini sehingga saya menjadi penulis yang baik..amiin

enjoy yaaa.. ^^
Lv